Di awal, kau bening,
Memantulkan dunia tanpa noda, tanpa bayangan asing.
Aku menatapmu, seperti langit menatap laut,
Yakin pantulan itu takkan berubah.
Lalu dentum tak terduga datang.
Kata-kata jatuh seperti batu,
Cermin pecah, suara retaknya menelan detik juga jantungku.
Serpihan berserakan di lantai ingatan.
Kupungut satu per satu sambil menahan perih,
Setiap ujung mengiris kulit,
Setiap janji patah tanpa peringatan.
Perlahan, sinar baru merembes masuk,
Warna fajar yang tak pernah kulihat.
Hangat, sabar, tak menuntut apa-apa,
Mengajakku belajar tumbuh.
Kini aku berani memegang cermin itu,
Menyusun serpihan jadi mosaik baru.
Kepercayaan kembali, lebih kokoh,
Cahaya lahir dari setiap retakan.
Tr: Athira






















