Teropongdaily, Medan-“Siapa yang tidak tahu Istana Maimun?” Mendengar nama Istana Maimun bukan hal lumrah lagi bagi masyarakat Tanah Deli, atau kita sebut saja Kota Medan, Sumatera Utara. Istana Maimun merupakan monumen bersejarah yang di bangun pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 26 Agustus. Istana Maimun adalah Istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon Kota Medan. Istana ini terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Aur, Medan Maimun. Istana Maimun didesain oleh Arsitek Capt. Theodoor Van Erp, seorang Tentara Kerajaan Belanda yang dibangun atas perintah Sultan Deli, yakni Sultan Ma’moen Al Rasyid.
Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun bangunan ini tetap eksis hingga saat ini, dan cukup menarik perhatian saya. Bangunan yang tidak disentuh Pemerintah, hingga saat ini masih berdikari sendiri dan memiliki manajemennya sendiri, hingga membangun yayasan dan mempekerjakan beberapa karyawan.
Tidak heran, sejak awal istana ini di bangun untuk diselenggarakannya musyawarah dan mengurus bisnis. Jadi tidak heran juga hingga zaman modern kini, sudah tidak kental lagi adat istiadatnya.
Istana ini didirikan oleh Sultan Deli ke IX, yakni Sultan Makmur Ar Rasyid Alam Syah, dengan luas 2.272m² dan memiliki 30 ruangan. Tiga diantaranya yang masih bisa kita kunjungi sebagai wisatawan ialah ruangan depan yang biasa di gunakan Sultan untuk menjamu tamunya, ruangan tengah atau yang biasa disebut balairung yang digunakan Sultan untuk bermusyawarah, dan ruang belakang yaitu ruangan makan.
Yang menjadi ciri khas juga adalah pada sejarah warna pada bangunan ini yang juga memiliki makna. Warna hijau yang melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa, sedangkan warna kuning melambangkan kejayaan dan kemakmuran.
Pada hari itu, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di sana. Cukup membuat tercengang. “Oh, benar adanya ya kisah kerajaan itu,”. Itulah kalimat yang muncul pada benak saya.
Kisah Kerajaan memang selalu menarik perhatian, membuat saya memunculkan banyak pertanyaan di kepala. Sambil mengelilingi isi ruangan dan didampingi tour guidenya. Saya pikir pihak keluarga Kesultanan ini masih serius melanjutkan serta mengolah peninggalan sejarah yang berharga ini, bahkan masyarakat setempat seperti saya juga tetap di dampingi saat berkeliling dan tentu saja di ceritakan sejarahnya.
Dijelaskan sebelumnya hingga saat ini, Istana Maimun dipimpin oleh Para Sultan. Karena, ternyata memang sistem pemilihan Sultan ialah monarki, yakni keturunan laki-laki yang menjadi penerus tahta.
Hingga saat ini, Kesultanan Deli menginjak pada tahta ke XIV, namun dari banyaknya Sultan yang pernah ada, di baliknya pasti memiliki kisah yang luar biasa menarik. Salah satunya Sultan ke XIII, Otteman.
Nafsan Jandi, ialah tour guide yang menemani saya berkeliling di sana. Ia menyebutkan salah satu nama yang membuat saya cukup tertarik, yakni Sultan Otteman atau dengan lengkapnya adalah Seripaduka Tuanku Sultan Otteman Mahmud Paderap Perkasa alam.
Poin penting yang saya tangkap tentang Sultan Otteman dari penjelasan pria dengan kulit kuning langsat, serta mata yang sayu itu adalah ternyata Sultan Otteman merupakan Perwira TNI yang pada saat itu diangkat Walikota INF dan bertugas di KODAM VII WIRA BUANA Sulawesi.
Oleh karena itu, seluruh kewajiban di Deli sementara waktu diwakilkan oleh Raja Muda Deli beserta Datuk Empat Suku. Sultan Deli ke-13 lahir pada tanggal 30 Agustus 1966 di Kuala Lumpur Malaysia, la menikah dengan Ir. Hj. Siska Marabintang binti H. Andi Zainal Basri Palaguna dan dikaruniai dua orang putra, menamatkan pendidikan Militer pada tahun 1989 di Akademi Militer Magelang, dan di tempatkan di KODAM VII WIRA BUANA.
Sultan Otteman Mahmud Paderap mangkat pada tanggal 21 Juli 2005 di Lhokseumawe dalam kecelakaan pesat terbang CN 235 versi militer dan dimakamkan di Komplek Mesjid Raya Al Mashun, Beliau mendapat Bintang Jasa antara lain; SL SEROJA, SL GOM RAKSAKA DARMA, SL DWIYA SISTHA, SL KESETIAAN VIII TAHUN, dan SIL DARMA NUSA.
Jabatan terakhir Sultan Deli ke XIII dalam Militer adalah Komandan Batalyon 312/KH BRIGIF 15 KODAM III Siliwangi, Subang Jawa Barat. Kesultanan Negeri Deli telah kehilangan seorang Sultan yang telah mengabdikan hidupnya untuk Budaya dan Negara. Gugur sebagai bunga Bangsa untuk mempertahankan Republik Indonesia.
Pria yang mengenakan kemeja panjang berwarna navy itu juga menyampaikan bahwa “sebenarnya dalam kecelakaan masih bisa di selamatkan, namun karena sulitnya akses saat evakuasi menyebabkan hilangnya nyawa Sultan,” jelasnya. Ini mengapa bagi saya Sultan Otteman merupakan sosok luar biasa yang membanggakan masyarakat Deli.
Tr : Winanda Salsabila