Menciummu dari jauh
Maaf aku keras kepala, tak teringat hanya jam rindu berikutnya: setelah senja.
Sunyi nyanyi, kenangan serupa puisi belum sempat dinaskahkan. Malam dan lampu kamar tersisa.
Hanya diri sendiri di detik—detak kesedihan. Kau membenci itu. Sebelum tidur, mata lampu di matamu padam, kau rapalkan ciuman di kedua tanganmu harap sampai pun bismika.
“Semoga hangat di kening”
Tr : Ananda Ritonga