Teropongonline, Medan -Aksi yang dilakukan Ikatan Mahasiswa Papua di Lapangan Merdeka Jl. Balai Kota, Kota Medan, yaitu sebagai bentuk perlakuan saparatis terhadap pemerintah Indonesia. Sabtu, (31/08/19).
.
Papua menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak perjanjian New York 15 Agustus 1962 dimana Amerika Serikat memindahkan kekuasaan atas Papua dari Belanda kepada Indonesia.
.
Agustina Infaindan selaku perwakilan ibu-ibu Papua dalam aksinya mengatakan bahwa di tanah Papua, penindasan telah terjadi dan disana tidak ada kesejahteraan.
Pada tanggal 1 Desember tahun 1961 Papua telah merdeka dan aksi ini dilakukan untuk meminta pengakuan dari pemerintah Indonesia.
” Papua tidak ada kemakmuran yang ada hanya penindasan, mulai sejak Sekolah Dasar (SD) kami selalu diajarkan sejarah Indonesia mengapa Papua tidak pernah dijelaskan,”katanya.
.
Agustina menegaskan bahwa menginginkan Papua merdeka atas Indonesia jika tidak diakui Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) akan melakukan aksi yang sama.
.
” Tidak merdeka kami akan melakukan aksi seperti ini terus kedepannya dan kami akan melakukan tindakan saparatis,”tegasnya.
.
Selain itu, Roby Febrianto Sirait selaku anggota Barisan Mahasiswa Pro Demokrasi (Barsdem) mengatakan alasan pemutusan internet di tanah Papua supaya pemerintah Indonesia lancar menjalankan aksinya.
” Pemutusan jaringan internet agar pembunuhan di tanah Papua berjalan dengan lancar karena pemerintah Indonesia hanya memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) mereka di tanahnya,”katanya.
.
Roby menekankan untuk insan pers dan awak media harus memberitakan informasi yang sebenarnya bukan sepotong dengan dalih kepentingan sendiri.
Kemerdekaan hanya milik sekelompok yang berkepentingan salah satunya orang kaya karena keadilan tidak berlaku bagi rakyat miskin seperti petani.
.
Terakhir ia mengatakan bahwa Papua hanya sebagai alat kesejahteran bagi sekelompok tertentu dengan meraup segala kekayaaan di tanah Papua.
” Bangsa Indonesia hanya memanfaatkan Papua dengan menjajah mereka, Indonesia maraup semua kekayaan di tanah Papua,”tandasnya.
Tr: Ryzki Alhaj
Editor : Mayang Anggraini