Teropongdaily, Medan-Teknologi sudah semakin canggih, tetapi kecepatan teknologi tersebut justru sering disalahgunakan oleh masyarakat. Banyak yang masih menelan mentah informasi yang mereka dapatkan dan langsung menyebar luaskan tanpa diketahui kebenarannya, sehingga menyebabkan berita hoax tersebut viral, terutama dalam penggunaan media sosial.
Dikutip dalam Survey Mastel (2017) dalam Juditha (2018) mengungkapkan bahwa sebanyak 1.146 responden yang diterima, 44.3 % di antaranya menerima berita hoax setiap hari dan 17,2 % menerima lebih dari satu kali dalam sehari.
Media yang paling banyak digunakan dalam penyebaran berita hoax pada masyarakat ini melalui media online.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Muhammad Ariq Dzakwan Hakim menyampaikan tanggapan mengapa masih banyak masyarakat yang masih saja percaya dengan berita hoax.
“Menurut saya kurangnya tingkat literasi di Indonesia mempengaruhi berita hoax itu menyebar, karena berita hoax biasanya dibuat lebih menarik di bagian judul atau bahkan leadnya, agar pembacanya merasa tertarik dan bisa menyimpulkan berita tersebut,” tuturnya.
Kemudian, ia juga mengatakan kurangnya pendidikan tinggi dapat mempengaruhi seseorang menjadi korban berita hoax.
“Kurangnya pendidikan yang tinggi juga mempengaruhi seseorang terkena hoax karena biasanya orang dengan SDM rendah akan mudah percaya terhadap sesuatu yg tidak jelas asal usulnya,” ucapnya.
Yuk simak bagaimana cara menyaring berita hoax!
Tr: Adelia Isnaini
Editor: Salsabila Balqis