Teropongdaily, Medan-Kementerian Kesehatan mencatat, per 31 Maret kemarin jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 22.331 kasus. Hal ini mengalami pelonjakan yang cukup tinggi bila dibandingkan pada kasus tiga pekan awal 2022 yang mencatatkan 313 kasus.
Melihat jumlah kasus DBD yang melonjak, masyarakat perlu mewaspadai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini. Sebab, penyakit ini bisa berkembang dan berakibat fatal jika terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) atau Dengue Hemmorrhagic Fever (DHF) yang dapat menyebabkan kematian.
DSS adalah suatu infeksi dengue yang ditandai dengan gangguan sirkulasi. Proses terjadinya DSS ini ditandai dengan demam pada umumnya yang terjadi selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelahnya.
Namun, hal yang harus diwaspadai adalah ketika demam mulai turun. Justru komplikasi biasanya terjadi pada fase ini. Biasanya setelah ini mulai muncul tanda-tanda yang serius. Mulai dari sakit perut yang parah,
muntah terus menerus, perubahan suhu yang sangat drastis (dari suhu tinggi ke suhu rendah), nafas menjadi cepat, gusi atau hidung berdarah, denyut nadi melemah, kelelahan hebat, hingga gelisah.
Sejauh ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan DBD, termasuk untuk DSS. Karena itu, jika seseorang yang terinfeksi DBD memiliki sejumlah gejala dan kriteria yang sudah disebutkan, perlu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Tr: Nur Nilam
Sumber Foto: Hermina Hospitals