Keadaan sudah sangat canggung, suara jarum jam terdengar sangat jelas ditelingaku ,lututku masih bergetar. Uh sungguh ku ingin menyerah tuhan, demi anak nya aku harus hadapi pawangnya dulu, gerutuku tak jelas.
‘’Ada apa kesini ?”Tanya om david memulai pembicaraan.
Aku terkejut, pertama kalinya dengar suara om david, suaranya berat, serak tapi laki banget man.
Aku bingung mau mulai dari mana, rasanya tertantang banget, aku mulai mengambil ancang-ancang tarik nafas sembari bismillah dalam hati.
“saya kesini om, mau serius sama shafia” kataku mantap penuh percaya diri.
Reaksi om david lumayan netral, bahkan tanpa ekspresi, wajah nya datar, wah kacau ini makin membuat ku gugup tapi kututupi semaksimal mungkin.
Sekonsisten apa kamu sama shafia? tanya om david tanpa ekspresi. Tatapannya tajam mengamati gerak gerikku.
“om, ketika saya memberanikan diri menemui om. Saya sudah yakin seyakin yakinnya dengan shafia, saya sudah lama mengenal shafia om. Semenjak SMA saya kesini untuk berikhtiar, saya ingin menyempurnakan ibadah saya om. Dengan menikah”. Kataku sembari menatap mata om david .
Om david terdiam, ia seperti sedang membaca gerak gerikkku. Aku tak tahu, aku tak bisa menebak kata kata om david selanjut nya.
‘’ emmm, anak saya shafia sudah di lamar oleh Raka teman sma nya seminggu yang lalu, ucap om david berat. Hatiku seakan tercekal mendengar kata kata om david, gadis yang kutanam kan cinta selama 8 tahun ternyata telah di ikat pujangga lain.
Sebulan ini aku sibuk dengan pekerjaan ku sebagai fotograper. Akupun turut mengunjungi beberapa tempat yang ramai sekali pengunjung seperti pasar, pantai, kebun binatang kota. Sorak sorak ramai terdengar disekelilingku. Mulai dari bising nya suara bajai , hewan ternak, dan kang angkot yang carik penumpang. Semua nya menyatu mendamaikanku. iya aku damai. Ditengah keramaain ini tidak pernah lagi ku hubungi shafia. Aku berusaha melupakannya. Kami pun tidak pernah lagi berpapasan.
Kufokuskan kamera ku ke sebuah kerumunan orang yang sedang belanja. Aku mengambil posisi yang tepat tuk ku ambil foto. Tanpak di kamera ku perempuan berkerudung hijau yang memandang kearah bidikan kamera ku. Dia adalah shafia. Gadis itu tersenyum kearahku. Hati ku kelu kembali saat melihat senyuman itu, shafia terlihat mendekat , berjalan kearahku,
“mas adam , maaf kan saya mas. saya tidak bermaksud menyakiti mas, Allah berkehendak lain, saya tidak di lahirkan untuk mendapingi mas, saya yakin seseorang akan datang untuk menemani mu , “ tutur shafia lembut. seperti biasanya, aku tak berkutik, seakan luka ku kembali tergores , hatiku tercekal kembali , kupaksakan diri untuk tersenyum “iya fia”.
Shafia terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lalu menjulurkan benda itu kepadaku. Aku terima benda itu dengan berat hati, kulihat sekilas undangan biru itu, tertera nama shafia dan raka.
“terima kasih shafia , insya allah saya akan hadir . ucapku sambil tersenyum. Aku meninggalkan nya tanpa kata kata perpisahan,aku berusaha melangkah kan kaki ku yang berat ,bunga itu tidak di takdir kan untukku.
Tr : Magfirani
Sumber foto : Quora.com