Malam ini hujan turun membasahi bumi dan dia yang bersembunyi dibalik jendela menatap air yang jatuh ketanah, merenungi tentang apa yang harus dia lakukan untuk esok hari. Ia pun mulai memikirkan tentang hidupnya tanpa sadar air hangat jatuh kepipinya.
Angin itu lolos dari jendela yang berhembus kearahnya, mulai dia mengembalikan diri yang terhanyut akan suara hujan dan menyalakan kembali laptop hanya untuk meluapkan rasa yang baru saja dia rasakan dan lagi-lagi air mata itu lolos ke pipinya, tangan yang mulai menyeka air itu. Ia pun kembali mengetik apa yang ingin diceritakan, lalu dia terus saja menangis ketika tangan mulai menulis tentang keluarganya.
Ialah orangnya “Shera Andrea” namanya, gadis yang sedang beranjak dewasa, namun memiliki tekanan didalam rumahnya, selalu merasakan sakit yang tak pernah ia perbuat, selalu mendengar barang-barang yang terlempar entah kemana hingga membuat bunyi yang begitu menakutkan, selalu memberi sabar namun tak pernah disabarkan, begitulah ia yang mencoba kuat demi mereka yang ia sayang.
Shera pun kala itu teringat dengan perkataan mereka yang selalu dirinya dengar ataupun mereka bilang yang diteruntukkan untuknya, mereka berkata. “Keluarga adalah tempat untuk mengadu, tempat untuk bersendagurau, membagi kisah yang sedang terjadi, dan tempat meminta solusi”.
“Namun kenapa itu tidak terjadi dihidupku,” kata Shera tangannya mulai gemetar dan jantung yang rasanya begitu sakit, lalu isakan tangis mulai terdengar untuk kesekian kalinya membuat dada Shera semakin sakit karena menahan sesak yang terus saja dirinya tahan.
Saat itu Shera begitu takut mama mendengar isakannya, dia membenamkan kepalanya dibantal agar seisi rumah tak tahu bahwa ia menangis. “Begitu sesak dada ini,” ucap Shera.
Saat sudah merasa tenang, kini Shera duduk menatap rembulan yang begitu indah karena dihiasi para bintang disekelilingnya, tanpa sadar shera berkata.
“Bagaimana mungkin keluarga ini tak bisa begitu indah seperti cahaya rembulan dan bintang yang melengkapinya? bagaimana bisa aku merasakan sakit yang tidak aku perbuat,” ucapnya pada diri sendiri. Lagi-lagi tangan Shera mencoba menyakiti diri yang sakitnya tak tertahankan. “Sampai kapan aku seperti ini!!,” ucap shera lagi.
Shera adalah anak yang begitu lemah dalam pembahasan keluarga, dia terlihat kuat di depan mama dan keluarganya namun dia begitu rapuh dibelakang mama dan mereka. Saat teman Shera bilang dia tidak boleh lemah didepan mama, dia harus kuat demi kebahagiannya. Namun kurasa dia yang paling tersakiti jadinya, dia mencoba menenangkan orang yang rapuh, tapi tak ada yang menenangkan dirinya ketika dirinya rapuh, kini ia semakin terpukul dengan apa yang terjadi .
Begitulah kisah hidupnya, tentang Shera dikala hujan datang, maupun Shera yang melihat rembulan indah karena hiasan bintang disekelilingnya. Shera begitu rapuh namun begitu tegar didepan mama. “Bodoh sekali diri ini,” ucap Shera.
Tr : Atika Khoirunna
#sastra #puisi #tulisan #lpmteropong #teropongonline #persma #persteropong #cerpenteropong