PKH Adalah kepanjangan dari (Program Keluarga Harapan) adalah salah satu bantuan sosial dari pemerintah, dan keluargaku adalah salah satu dari penerima bantuan itu. Singkat cerita waktu itu ada pengumuman dari salah satu warga bahwasanya uang PKH telah cair,tapi kami tidak langsung mengambil uangnya ke agen mandiri, waktu itu pemberitahuannya hari senin pukul 14:00,tapi kami tidak langsung mengambil uang PKH itu dan kami mau mengambil uang PKH pada malam selasa pukul 20:15. Ketika kami mau mengambil di e-warung milik pak Ahmad Yani kami melihat warungnya tutup.
Dan kami mencoba mencari e-warung lain, ketika kami sudah mencari e-warung lain ternyata kami tak menemukannya karna bertepatan waktu itu sudah malam, tak lama aku teringat dengan e-warung pak Atan Usman tempat yang sudah lama kami mengambil uang PKH di e-warung tersebut, sudah lama kami tidak mengambil uang PKH disana dikarnakan pak Atan Usman sedang melaksanakan ibadah haji. Sesampainya kami di e-warung pak Atan dan kami ingin mengecek saldo tersebut, sebelum saldo itu di cek oleh karyawan pak Atan, karyawan tersebut mengatakan.
“Kalian tidak bisa mengambil uangnya sekarang dikarnakan uangnya habis dan pak Atan sedang tidak ada.”ucap karyawan.
“Yaudah kak tidak apa-apa” jawab ku.
Ketika Kartu itu telah di gesek dan Alhamdulillah saldo yang tertera sebanyak Rp.335.000.-. Karyawan tersebut menunjukkannya pada kami, kami pun senang, tetapi ada hal yang aneh pada saat bersamaan entah apa yang terjadi ketika karyawan tersebut menekan sesuatu dan mengecek ulang tiba-tiba saldo berubah menjadi Rp.0,-. Karyawan tersebut menunjukkannya pada kami, kami heran kok saldonya jadi Rp.0,-.
“Kak kenapa saldonya bisa jadi Rp.0,-“ ucap ku.
“saya pun juga tidak tau, mungkin besok saja kalian cek kembali” ucap karyawan.
Aku dan kakakku pun pulang dan mengakhiri semuanya, berharap akan ada lagi hari esok dan berharap hari esok akan lebih baik dari hari ini. Setibanya kami di rumah kami menyampaikan hal ini kepada ibu, dan apa tanggapan ibu, dia kesal dan kecewa padahal uangnya akan dipergunakan untuk keperluan.
Keesokan harinya saya sendiri mendatangi e-warung pak Atan Usman, dan di cek lagi oleh karyawan tersebut, namun hasilnya nihil, tetap saja saldonya kosong. Melihat hal itu aku sangat kecewa, yang tadinya aku sangat berharap, tapi harapan itu pupus lantas apa yang akan ku sampaikan pada ibu ku, Mendengar hal ini pasti ibuku akan sangat kecewa untuk kesekian kalinya.
Aku pulang dan menyampaikan hal itu pada ibu “ibu uangnya tidak ada saldo kita masih kosong” ucap ku dengan nada pelan”
“Apa!!! bagaimana ini, apakah kita tidak dapat untuk kesekian kalinya, padal baru 5 bulan yang lalu kita sudah tidak menerima uang PKH”.
Itulah tanggapan ibu dan, ibu menyuruh ku untuk mengecek di e-warung lain yaitu e-warung pak Ahmad Yani.
Keesokan harinya aku sendiri mendatangi e-warung pak Ahmad Yani, dan ketika di cek, saldonya memang tidak ada, tertinggal hanya Rp. 3.350,-. Dan disitulah aku berfikir dan yakin bahwa untuk kesekian kalinya keluargaku tak menerima uang PKH itu. Hal ini ku sampaikan lagi kepada ibu ku, spontan ibu ku terdiam dan murung. Ucapku “ Sudah lah ibu, mungkin ini belum rezeki, Allah akan beri rezeki kita di lain waktu namun tidak untuk sekarang dan hari ini”.
Seiring berjalannya waktu hari-hari berganti ibu ku masih saja teringat tentang hal itu, usaha dan do’a nya terus teriring, dia mencoba dan terus berusaha bertanya kepada ibu-ibu KPM PKH yang lainnya.
Hingga pada akhirnya ibu ku bertemu dengan Buk Ida, salah satu ketua kelompok PKH di lingkungan II Kelurahan Pangkalan Dodek Baru yang pada saat itu tengah membeli dagangan ibu ku. Dan buk Ida memberi nomor handphone Pak Jody, salah satu pendamping PKH di kelurahan Pangkalan dodek baru.
“Buk saya mau tanyak, ini loh buk uang PKH saya belum cair, saldo di rekening saya kosong” ibuku bertanya.
“coba aja cek di tempat lain mana tau ada, dan tunggu aja mungkin dilain hari saldonya akan diisi oleh pemerintah, kita kan tidak tau mungkin ada yang bertahap”. Ucap buk Ida.
“Tapi buk saya udah cek, beberapa kali tapi tetap saja kosong”. Ucap ibu ku.
“Ini hubungi nomor ini, nomor pak Jody, dia pendamping PKH di kelurahan kita”. Buk Ida memberi nomor pak Jody.
“oohh… iya makasih ya buk” ucap ibu ku.
“sama-sama” ucap buk Ida, dan buk Ida meninggalkan tempat.
Setibanya ibuku pulang berdagang ibu ku menyuruh ku untuk menghubungi nomor tersebut dan memberi tau beliau tentang perihal ini. Awalnya aku enggan untuk menghubungi nomor beliau karna aku fikir nanti tidak ada respon dari beliau, tapi ibu ku terus- menerus menyuruh ku untuk menghubungi nomor beliau hingga pada akhirnya aku pun menghubungi nomor beliau.
Dan alhamdulillah ada respon dari beliau, dan aku pun memberi tau tentang perihal saldo yang kosong itu kepada pak Jody melalui via WhatsApp, pak Jody pun banyak bertanya tentang kenapa, dan di e-warung mana saldo nya di cek. Saya memberi tau semuanya dengan pak Jody. Keesokan hari pak Jody menelpon untuk mendatangi e-warung pak Atan Usman dan berbicara langsung dengan pak Atan Usman tentang hal itu, tetapi pak Atan Usman sedang tidak ada di tempat, sekali lagi aku bertemu dengan karyawannya. Aku coba untuk bertanya kepada karyawannya dan menggunakan petunjuk yang telah di berikan pak Jody kepada ku waktu itu.
Namun pasa saat yang bersamaan karyawan tersebut acuh tak acuh pada ku, dia mengabaikan pembicaraan ku, dan ketika aku memberi handphone ku pada nya karna pak Jody ingin bertanya padanya, kenapa saldo itu bisa kosong? Tetapi karyawan tersebut menolak dan membuat ku merasa malu di depan umum. Aku pun pulang dan menangis, dan mematikan telpon dari pak Jody. pada saat yang bersamaan pesan dari pak Jody masuk,
“kok dimatikan buk”
“Ibuk kenapa takut”
“ibuk sudah mengabaikan petunjuk saya”
“saya gak marah dengan ibuk”
“saya hanya ingin memperjuangkan hak ibuk”
“Insya Allah kita besok bertemu yaa”
“saya bantu ibuk” beberapa pesan dari pak Jody.
Pak Jody pun mengajak untuk bertemu dan mengklarifikasikan masalah ini agar tuntas dan segera usai.
“Iya pak, makasih ya, saya tau bapak orang baik” ucapku dalam pesan.
Waktu itu pak Jody memanggil ku dengan sebuatan “Buk” karna pak Jody pikir yang berbicara di via WhattsAap dengannya adalah ibu ku, tapi nyatanya bukan ibu ku tapi aku anak nya.
Keesokan harinya, aku dan ibuku bertemu dengan pak Jody dan mendatangi e-warung pak Atan Usman, setibanya di e-warung pak Jody pun memperkenalkan dirinya dan bertanya kepada pak Atan tentang hal ini, dan mengecek kembali saldonya, kemudian mencari titik terang serta akar dari peristiwa tersebut. Setelah di cek ulang, dan pak Jody pun menunjukkan sesuatu melalui mobile banking bahwasanya saldo di rekening tersebut ada, tetapi uangnya seolah-olah sudah diambil dan bukan kami yang mengambil uang tersebut, untuk menindak lanjuti hal ini, pak Jody mengajak aku, ibu ku, dan pak Atan untuk mendatangi Bank Mandiri yang berada di Desa Pakam untuk membuat rekening koran.
“ Begini saja pak untuk menyelesaikan masalah ini, ada baiknya kita langsung ke Bank Mandiri yang ada di Desa Pakam besok untuk membuat rekening koran” ucap pak Jody.
“Tapi saya, dagang bagaimana pula dengan dagangan saya” ucap pak Atan dengan nada agak marah. “Jam 10.00 wib,saja ke Bank nya pak apakah bapak bisa?” pak Jody bertanya kepada pak Atan.
“Baik lah akan saya usahakan” ucap pak Atan.
“Ooohhh, ya ibuk juga datang yaa, ke Bank Mandiri” ucap pak Jody kepada ku dan ibuku.
“Baik lah pak” ucap ku.
“Jangan lupa ya, kabari saya nanti kalau sudah sampai di Bank Mandiri” ucap pak Jody. “Baik pak, makasih ya pak” ucap ku.
“Sama-sama” ucap pak Jody.
Keesokan harinya aku dan ibu ku pergi ke Bank Mandiri yang ada di Desa Pakam, menggunakan sepeda motor, sesampainya ditempat kami meletakkan sepeda motor di parkiran, dan sembari menunggu pak Jody dan pak Atan. Kami duduk di emperan dekat Bank Mandiri tersebut, setelah beberapa lama kami menunggu pak Jody dan pak Atan belum kunjung datang, seiring berjalannya waktu, waktu berganti menit dan menit berganti jam, namun tetap mereka belum kunjung hadir, jujur menunggu adalah hal yang membosankan bagi ku, ingin ku maki waktu itu, tetapi waktu pula lah, yang membuatku sabar, dan hingga pada akhirnya pak Atan sudah hadir di Bank Mandiri, tetapi pak Jody yang belum hadir, aku dan ibuku sudah tak tau lagi entah berapa lama lagi kami menunggu, setelah ku merasa lelah menunggu aku memutuskan masuk ke Bank ikut dengan pak Atan. Setelah itu pak Jody pun datang, dan kami pun menunggu antrian bank untuk pembuatan rekening koran. Setelah selesai pembuatan rekening koran, disitulah kami mengetahui titik terang dari penyebab kenapa saldo itu tiba-tiba hilang, dan uangnya pun tak sampai ketangan kami.
Pak Atan pun kesal atas peristiwa yang menimpanya, yang membuatnya rugi akibat kelalaian dari karyawannya, dan pak Atan pun tanggung jawab, dia mengganti uang PKH kami yang hilang didalam ATM. Setelah semua nya selesai kami pun semua pulang. Dan masalah selesai sampai di situ.
Beberapa jam kemudian setelah masalah selesai, aku mendapat pesan dari pak Jody, pesan itu berisi surat perihal Kesempatan Putra/I Peserta Program PKH Pendidikan UMSU, bagi orang tuanya penerima bansos PKH, dan ibu ku adalah salah satu KPM PKH tersebut. Tak bahagia sampai disitu beribu pertanyaan pun ku lontarkan kepada pak Jody.
“Tolong beritahukan kepada anak-anak KPM PKH yang ingin melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi guna memperbaiki kehidupan dan membanggakan keluarga” isi pesan pak Jody.
“Ok, pak siap… ini pendaftarannya baru dibuka ya pak?” tanya ku.
“iya, nanti kabari aja kalau niat, kesempatan emas ini untuk membuat perubahan yang lebih baik” jawab pak Jody.
Aku sempat berfikir panjang tentang hal itu, antara mau dan tak mau lagi melanjutkan pendidikan ke ibu kota Sumatra Utara. Dan aku pun melontarkan berbagai pertanyaan lagi.
“Jadi pak kalau orang tuanya tidak menerima Bantuan Sosial PKH, otomatis beasiswa tersebut dicabut?” tanya ku.
“Kan waktu pendaftarannya masih penerima, itulah dimanfaatkan nak” Jawab pak Jody.
“iya pak” jawab ku.
“segera laporkan ya nak, biar segera kiata urus, jarang-jarang ada kesempatan emas seperti ini” kata pak Jody, sambil menginspirasi.
“iya pak” jawabku, sambil berfikir panjang.
Disinilah aku benar-benar, rasanya tidak mau karna ada hal yang ku takutkan yaitu aku takut beasiswa ku di cabut, jika suatu hari nanti ibuku tidak lagi sebagai penerima Bantuan Sosial PKH. Sejenak aku berenti untuk tidak menanyakan banyak hal lagi ke pak Jody, dan memilih untuk berfikir panjang dan memutuskan.
Tak hanya pak Jody yang memberitahu bahwasanya ada kuliah gratis jalur KIP- KULIAH di UMSU, namun Ust, Syahri Al-jawi pun memberitahukan ku tentang hal itu, dan disitulah aku tanyakan dengannya tentang beasiswa itu, aku menceritakan keluh kesah ku, bahwasanya nanti aku takut beasiswa ku dicabut apabila ibuku tidak lagi sebagai penerima Bantuan Sosial PKH, dan beliau memotivasi ku, bahwasanya apabila beasiswa ku dicabut, aku bisa mengambil beasiswa lainnya. Disitulah aku kembali semangat dan bertanta lagi kepada pak Jody.
Bukan hanya Ust, Syahri Al-jawi yang memberi ku semangat, Tapi Buk Ida pun memberiku semangat yang membuatku terus bergerak untuk mendaftarkan diri. Waktu itu buk Ida, membeli barang dagangan ibu ku, dan ibuku pun bertanya kepadanya tentang bantuan khusus untuk pedagang yang lebih di kenal dengan bantuan pemerintah untuk pelaku UMKM, namun buk Ida tidak dan belum mendengar berita tersebut, di karenakan berita itu masih simpang siur dan masih beredar di kalangan masyarakat tertentu saja, yang beliau ketahui adalah berita tentang beasiswa kuliah gratis di UMSU, jalur KIP-KULIAH PKH.
“Buk ada dengar informasi tentang bantuan untuk para pedagang?” tanya ibuku.
“Maaf buk saya tidak mendengar tentang informasi tersebut, tapi kalau informasi tentang bantuan beasiswa kuliah ada” jawab buk Ida.
“Iya buk saya ada mendapatkan informasi itu dari pak Jody, tapi buk itu beasiswanya nanti kalau ibu suli tak lagi menerima PKH otomatis beasiswa suli dicabut” kata ku, sambil bersedih.
“Enggak loh, justru itu akan memperpanjang Bantuan Sosial PKH ibumu apabila ada anak ibumu yang kuliah di jalur ini, “ kata buk Ida sambil memotivasi.
“Emang nya berapa lagi anak ibumu yang masih sekolah?” tanya buk Ida.
“Ada, buk adik ku, yang masi kelas X SMA” jawabku.
“Enggak itu dicabut udah cepat daftar kuliah jalur ini keburu nanti pendaftarannya di tutup, ibuk udah tanya sama pak Jody” tegas buk Ida.
“Iya buk, baik buk suli akan segera mendaftarkan diri” jawabku sambil gembira.
Aku pun gembira dan begitu semangat ingin daftar kuliah, beberapa hari kemudian aku pun menghubungi pak Jody lagi via WhattsAp.
“Assalamualaikum, pak saya mau nanyak tentang beasiswa itu, itu dibiayai dan bebas uang kuliah sampai selesai kuliah?” tanya ku.
“waalaikumsalam, iya nak, jarang-jarang ada program seperti ini, kalau bisa langsung urus berkasnya, soalnya waktu pendafttarannya tak lama” jawab pak Jody. Pak Jody pun memberikan syarat-syarat pendaftaran kuliah tersebut.
Setelah itu banyak hal yang aku pertanyakan kepada pak Jody, mulai dari ID BDT, setelah itu aku pernah daftar KIP jalur mandiri PTN di Universitas Negri,SKTM, Surat Kepemilikan Tanah dan lain sebagainya, kami pun banyak diskusi perihal syarat-syarat pendaftaran tersebut, banyak hal yang belum ku ketahui dan kupahami tentang syarat-syarat beasiswa tersebut, bagiku semua itu begitu sulit begitu rumit yang membuatku hampir menyerah, namun pak Jody membantu ku dalam mengurusi berkas-berkas tersebut.
“Tapi pak ID BDT, bagaimana? Saya tidak punya kartu KIP semenjak sekolah” tanya ku. “ID BDT itu ada sama bapak” jawab pak Jody.
“Pak tapi disini ada masalah nya, waktu itu saya udah pernah daftar KIP jalur mandiri PTN, masuk di Universitas Negri” tanyaku.
“Trus gimana? Gak dilanjutkan kemaren?, yaudah coba aja daftar di link tertera” jawab pak Jody. “Tapi pak saya udah cetak formulir?” bagaimana pak? Tanyaku.
“Haah coba aja dulu mana tau rezeki” pak Jody memberi semangat.
“Yudah pak saya coba dulu” jawabku.
“Semangat” jawab pak Jody sambil mendukung.
“Pak berkas ini sudah saya isi” aku mengirim berkas kepada pak Jody.
Aku mengirim berkas Pendaftaran online kepada pak Jody, tak hanya berkas itu banyak berkas yang harus ku selesaikan lagi.
“Nak harap diisi ya…” pak Jody menunjukkan berkas form usulan KIP Kuliah untuk diisi.
“Dan sediakan waktu untuk ke kantor Dinas Sosial” pak Jody menyuruhku ke kantor Dinas Sosial.
“Teringat saya poto tampak depan rumah, surat-surat rumah, rekening listrik, prestasi-prestasi sekolah semua sudah kan?” tanya pak Jody.
“Berharap berhasil dan sukses lah, untuk memajukan perekonomian keluarga dan menjadi sosok yang dibanggakan” pak Jody memberi motivasi.
Setelah bertanya banyak hal kepada pak Jody, dan setelah selesai aku mengurus berkas di kantor lurah untuk ku antar ke kantor Dinas Sosial, Aku pun langsung berangkat ke kantor Dinas Sosial untuk mengantar berkas tersebut, sesampainya disana aku sempat menunggu terlalu lama, karna salah masuk ruangan.
Setelah selesai mengantarkan berkas ke kantor Dinas Sosial, aku tinggal menunggu hasil, apakah aku lulus dalam tahap pemberkasan ini atau tidak.
Berkisar beberapa hari, aku dapat kabar dari pak Jody bahwa aku lulus pemberkasan di jalur KIP-KULIAH tersebut dan aku tinggal menunggu waktu pendaftaran ulang.
Keesokan harinya, aku menerima kabar lagi dari pak Jody bahwa aku harus mendaftar ulang, hal ini lah yang membuat ku bingung antara daftar ulang langsung atau online, karna suli untuk bisa bepergian jauh selama masa pandemi itu. Hingga pada akhirnya aku putuskan untuk daftar ulang langsung ke kampus.
“Bagaimana pak apakah daftar ulang langsung atau online?” Tanya ku. “Tunggu sebentar, besok bapak kasih tau” jawab pak Jody.
“Baik pak” jawab ku.
“Oh, iya nak di grup itu kapan perintah registrasinya?” Tanya pak Jody.
“Hari selasa terakhir pak untuk yang daftar langsung, dan hari rabu untuk yang daftar online” jawab ku. “Oke, nak kalau gitu biar lebih jelas langsung aja daftar ulang nya ke kampus”. Ujar pak Jody.
“Iya pak”.
“Bismillah yaa,, nak’.
Keesokan harinya aku dapat pesan lagi dari pak Jody, bahwasanya pendaftaran ulang itu online.
“Assalamu’alaikum wr.wb, suli bapak dapat kabar kalau registrasi itu memang online, registrasi itu di buka hari rabu dan kamis, jadi daripada sayang, tenaga, waktu dan uangnya mending ditahan dulu keinginannya ke Medan, nanti aja hari rabu jika memang tak bisa secara onlin, baru pergi ke Medan, kendatipun demikian itu berpulang kepada Suli, apakah suli mau daftar ulang hari ini atau tidak, kalau menurut bapak pribadi ditunda dulu” Pesan pak Jody.
Ketika membaca pesan itu aku sempat diam dan terpaku, seolah-olah tak tau lagi entah apa yang harus ku lakukan. Aku katakan pada pak Jody bahwasanya aku sudah pergi tapi pada dasarnya saat itu aku masih berada di rumah, aku serahkan semuanya pada Allah dan apapun yang terjadi aku ikhlas.
Aku meluruskan niat ku untuk langsung daftar ulang ke kampus, di tengah perjalanan menuju kampus banyak kendala yang ku alami di perjalanan tetapi aku tetap sabar dan tanpa hentinya aku berdo’a.
Setelah beberapa jam akhirnya sampailah aku di tempat tujuan yaitu di kampus, disana ada kakak ku yang menemani ku untuk daftar ulang. Sesampainya disana aku kebingungan untuk mendaftar ulang aku mondar mandir ke beberapa ruangan hingga akhirnya aku menemukan ruangan-ruangan tertentu dan menyelesaikan registrasi ku.
Setelah semuanya selesai aku pun di beri KTM (Kartu Tanda Mahasiswa), yang dimana aku resmi dinyatakan sebagai mahasiswa baru di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA. Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberiku semangat untuk memperjuangkan semua itu, Aku mrngambil banyak pelajaran dari proses perjalanan panjang ku ini, dan memetik banyak hikmah dari ujian yang Allah berikan sebelum kabar gembira itu datang.
“Takdir ALLAH dan apa yang ia kehendaki pasti terlaksana”
“Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik”
Aku percaya dengan kuasa dan apa yang Allah rencanakan untuk hambanya itu lah yang terbaik
“Sesungguhnya apa yang buruk bagi kita belum tentu buruk bagi Allah, dan apa yang baik bagi kita belum tentu baik bagi Allah”
Terimakasih untuk orang-orang yang telah memberi dukungan, yang ada disaat aku berproses meraih keberhasilan itu.
Ibu ku
Kakak-kakak ku Adik ku
Pak Jody
Buk Ida
Buk Norma Guru-guru ku Sahabat-sahabat ku
Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah, dan diberi kesehatan dan umur yang berkah, semoga Allah meridho’I kita semua. Aamiin
Sumber foto : pinterest
Tr : Suli Anggriani Siahaan