Teropongdaily, Medan- Generasi Z adalah sebutan untuk mereka yang lahir pada pertengahan dekade 1990-2010, Gen-Z disebut juga sebagai zoomer. Dalam sejumlah penelitian disebutkan bahwa Gen Z menjadi populasi terbesar saat ini, sekitar 32% dari total penduduk dunia, bahkan, Bank Dunia mencatat 41% angkatan kerja dunia saat ini dihuni oleh para zoomer.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 29,23%, dimana angka tersebut lebih banyak daripada jumlah Gen X yang tercatat hanya 25,74%. Adapun hasil survei didapati jumlah Gen Z mencapai 74,93 juta (27,94%) dari total populasi Indonesia yang mencapai 270,2 juta jiwa. Sementara Gen Milenial 69,38 juta (25,87%) dan Gen X 21,88 % .
Data di atas menunjukkan penghuni negeri ini lebih banyak Gen Z dan Gen Milenial, dimana usia tersebut harusnya menjadi usia produktif dan menjadi harapan atau potensi besar suatu bangsa. Lalu pertanyaannya, mampukah Gen Z menjadi harapan bangsa jika larut dalam cengkeraman arus kapitalis dan liberalis atau malah ancaman negara jika akhlak dan moral saja melorot lantaran kebablasan tak ada filter budaya ?
Lantas bagaimana harusnya agar generasi sekarang bisa menjadi tonggak peradaban dan perubahan?
Generasi Candu akan Gadget serta Gagalnya Pendidikan di Kala Pandemi
Pandemi yang kemarin terjadi membuat anak-anak dan pelajar lainnya hanya bisa mengerjakan tugas dari rumah melalui gadget, tidak sedikit pelajar yang stres akibat banyaknya tugas yang diberikan. Pelajaran yang hanya sekadar teoritis melalui gadget membuat beban materi pada anak, karena sekadar transfer ilmu tapi tak dapat membentuk pemahaman dari apa yang dipelajarinya. Di satu sisi, menunjukkan bahwa anak-anak yang hanya mengikuti pelajaran dari rumah melalui gadget memiliki risiko yang tinggi untuk putus sekolah terutama bagi mereka yang tinggal di desa karena alasan ekonomi. Belum lagi risiko kekerasan pada anak yang juga meningkat selama menjalani pembelajaran online yang kerap mereka dapatkan dari Ibu, Ayah dan Kakaknya
Menurut data yang dihimpun dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) dari tanggal 1 Januari 2020 sampai 23 September 2020 menunjukkan bahwa kasus Kekerasan Terhadap Anak (KTA) di Indonesia sebanyak 5.697 kasus dengan 6.315 korban. Sedangkan di sisi lain, beberapa siswa lebih memilih bermain game online yang menyebabkan kecanduan akan game online dan gadget. Sehingga ruang rumah sakit jiwa pun penuh dengan penderita gaming disorder yang telah menjadi tren dan didominasi anak-anak. Lalu, gaming disorder membuat aktivitas bersosial pada penderita terputus. (Dr. Yunias SpKJ(K) di RSUD DR. Soetomo).
Menurut KOMINFO, fenomena anak kecanduan gadget semakin terlihat beberapa tahun ini dan situasinya mengkhawatirkan. Ini terjadi bukan dengan sendirinya, melainkan ada beberapa faktor yakni banyaknya fitur dan aplikasi unfaedah yang disuguhkan kepada generasi dan kurangnya pengawasan dari keluarga yang membuat anak bebas mengakses segala fitur yang ada.
Anak diizinkan menggunakan gawai di luar jam belajar oleh orang tuanya, sehingga rentan bagi anak terpapar informasi salah, konten negatif atau pelaku kejahatan siber.Tidak heran banyak anak yang terjebak pergaulan bebas, kriminalitas yang merugikan serta kasus pemerkosaan yang dilakukan pelajar akibat menonton video porno.
Generasi Dilanda Liberalisasi dan Kapitalisasi Segala Bidang
Pemuda adalah tonggak peradaban yang punya peran mulia sebagai agen perubahan sehingga mengharuskan para pemuda terlibat dalam setiap kegiatan di masyarakat dan memikirkan perubahan ke arah yang lebih baik. Namun nyatanya sistem kapitalisme liberal telah menjadi platform dalam setiap bidang, menjadikan Indonesia sekuler serta melahirkan orang-orang individualis yang bebas tanpa harus ada yang mengikat sehingga menggerus idealisme para pemuda dan banyaknya berita tentang kerusakan moral para pemuda .
Lalu kapitalisasi di segala bidang, menjadikan semua bisnis yang hanya berorientasi pada profit atau keuntungan saja, modal kecil dan untung yang sebesar-besarnya adalah hal biasa yang sudah melekat bagi para pelaku dengan sistem kapitalisme. Bisnis haram banyak berdiri di setiap kota dan desa dan mirisnya generasi muda menjadi pelanggan loyal untuk memperbesar keuntungan termasuk bisnis narkoba serta minuman haram.
Begitu banyak PR negara terhadap apa yang menimpa generasi, semakin meningkat kasus menunjukkan bahwa negara tidak bisa berbuat banyak dalam penyelesaiannya. Padahal generasi adalah aset bangsa mewujudkan Indonesia emas dan unggul .
Naungan Pembawa Generasi Cemerlang
Sebelum generasi ini benar-benar masuk dalam lubang kerusakan, maka kita butuh sesuatu yang terbaik yang mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cemerlang yaitu ajaran yang bersumber dari Pencipta, Islam kaffah yang diterapkan akan mendukung generasi menjadi harapan bangsa.
Islam yang diturunkan Allah bisa menjadi solusi untuk semua problematika di negeri ini, karena mengatur segala bidang kehidupan termasuk ekonomi, pendidikan dan sosial, semuanya ada di dalam Islam.
Mulai dari pendidikan, akan membentuk kepribadian Islam pada anak dengan pemahaman yang mumpuni sehingga ketika pandemi seperti ini tetap bisa terlaksana karena ajarannya yang aplikatif, Sejalan dengan itu dalam Islam pembiayaan pendidikan untuk seluruh tingkatan sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara. Seluruh pembiayaan pendidikan, baik menyangkut gaji para guru/dosen maupun infrastruktur serta sarana dan prasarana pendidikan, sepenuhnya menjadi kewajiban negara.
Dalam ekonomi, yang diterapkan adalah ekonomi yang bisa menjamin kesejahteraan seluruh rakyat secara adil, bukan berlandaskan pada keuntungan yang besar tetapi kemaslahatan untuk seluruh rakyat sesuai dengan syariat serta jauh dari maksiat.
Bisnis yang merusak generasi yang mengacu pada kesenangan syahwat duniawi akan dihilangkan seperti bisnis pornografi, termasuk fitur-fitur yang ada di gadget serta aplikasi yang melalaikan dalam beribadah.
Dalam bidang sosial, negara akan menerapkan sistem sanksi bagi masyarakat yang terlibat pergaulan bebas dan seks.
Inilah solusi yang bisa diberikan Islam dan benar-benar mampu menghasilkan generasi harapan yang cemerlang sebagai agen perubahan, tentunya butuh negara sebagai institusi penerap agar bisa terealisasi, maka sudah selayaknya kita mewujudkannya.
Sumber foto : pasjabar
Tr : Siti Rifani