
Teropongonline, Medan– ‘Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain’ begitulah bunyi hadist HR. Ahmad ath-Thabrini ad-Daruquti, prinsip hidup Irsan Mulyadi mahasiswa S2 UMSU sekaligus papa dari dua anaknya.
Akhir-akhir ini, sosok Irsan mulai dikenal oleh masyarakat luas khususnya masyarakat kota Medan. Ide mulianya mengagas ‘Pojok Belajar’ dengan wifi gratis di halaman rumah tidak hanya disambut positif oleh warga sekitar, juga wakil gubernur Sumut Musa Rajekshah hingga kalangan media.
Ide tersebut ia gagas setelah membaca sebuah berita terkait, seorang anak yang menghabiskan kuota internet orangtuanya untuk belajar online lalu takut pulang ke rumah. Tidak hanya berita tersebut yang menggerakan hati Irsan, pengalaman di masa lampau ikut mendorong alam bawah sadar pikirannya. Siapa sangka, mahasiswa semester dua di Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana UMSU harus melalui perjuangan panjang dalam menempuh pendidikan.
“Saya lahir dari latar belakang keluarga yang kurang mampu. Mamak bekerja sebagai buruh cuci dan ayah sebagai buruh sepatu. Jadi pada masa SMP, saya sering menunggak uang sekolah dan uang buku. Saat itu, saya berniatan untuk berhenti saja sekolah dan bekerja membantu keluarga. Lalu, mamak yang bekerja dengan seorang dokter, bercerita kepada dokter tersebut. Nah, dokter bilang ke mamak, saya tidak boleh berhenti sekolah. Biaya pendidikan saya ditanggung beliau,” tutur Irsan saat mengingat kembali masa SMP-nya.
Proses, pengalaman dan pembelajaran hidup mengajarkan Irsan pentingnya pendidikan. Ketika ditanya apa arti pendidikan menurutnya. Suami Tya Yoniva Kusmareza ini menjawab dengan sebuah cerita dari kekaisaran Jepang.
“Pendidikan itu penting. Kita bisa mengartikannya dari kisah Kaisar Hirohito, setelah Jepang sudah habis-habisan di Bom, pertanyaan pertama kali yang dilontarkan Hirohito itu ‘Berapa jumlah guru yang tersisa?’. Nah, menurut saya itulah arti penting dari pendidikan,” Pendidikan telah mengajarkannya cara berpikir dan membentuk pribadi yang lebih baik.
Di balik gagasannya mendirikan ‘Pojok Belajar’ dengan wifi, meminjamkan ponsel serta protokol kesehatan secara gratis. Ia merupakan jurnalis foto segudang prestasi baik lokal maupun nasional. Walaupun begitu, Prestasi terbesar menurutnya bukan sekadar penghargaan atau memenangkan ajang perlombaan.
“Prestasi terbesar menurut saya adalah menjadi orang yang baik bagi anak-anak dan menjadi suami yang baik bagi Istri. Kalau memenangkan lomba, itu hanya sebatas aktualisasi diri dan penting juga. Tapi terlepas dari itu semua, membahagian orang sekitar itulah prestasi sesunggunya,” ujar lelaki kelahiran 1984 yang kerap menjadi pemateri di kegiatan LPM Teropong.
Prestasi tidak akan ada tanpa kegagalan dan akhirnya mencapai kesuksesan. Irsan mengaggap kegagalan itu, ketika seseorang tidak lagi bisa berusaha untuk bangkit, tapi jika mau bangkit dari suatu keterpurukan maka itulah kesuksesan.
Adanya tanggapan positif dari pelajar lingkungan sekitar dan masyarakat luas, ke depannya Irsan memiliki keinginan agar ‘Pojok Belajar’ wifi gratis ini tak berhenti meski nantinya pandemi Covid-19 telah usai.
“Kita berharap pandemi segera berakhir. Mengenai Pojok Belajar, saya berharap ke depannya jika ada rezeki lebih, ingin dijadikan taman belajar. Menyediakan buku-buku dan menghadirkan teman-teman yang suka mengajar untuk berbagi di sini,” harapnya untuk Pojok Belajar yang saat ini berada di kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Terakhir, saat di wawancarai melalui sambungan telepon oleh tim Teropong. Menutup kisahnya, Irsan menyampaikan kepada para mahasiswa sepertinya, “Lakukan hal-hal bermanfaat untuk orang lain. Ada banyak cara untuk jadi bermanfaat, lakukan sesuai dengan yang bisa dilakukan. Jika suka menulis, maka berbagilah tulisan yang mengedukasi bagi orang banyak.”
Penulis: Venny Eriska/ItsVennyy