Teropongdaily, Medan-Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal melanda industri media, khususnya di sektor televisi, dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah perusahaan besar, termasuk beberapa jaringan di bawah naungan MNC Group, melakukan efisiensi besar-besaran dan restrukturisasi internal.
Fenomena ini menuai keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk akademisi dan praktisi komunikasi. Salah satunya datang dari Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Corry Novrica A.P. Sinaga, S.Sos., M.A., yang juga merupakan mantan praktisi penyiaran di MNC Group.
“Sangat memilukan. Saya dulu bekerja di MNC Network sejak 1999 hingga 2004. Saat itu, kita punya jaringan televisi lokal, radio, dan kantor berita yang terintegrasi. Tapi sekarang, semuanya nyaris tutup,” ujarnya saat diwawancarai Kru Teropong, Selasa (13/05/2025).
Menurut Corry, PHK massal ini merupakan dampak dari perubahan besar dalam industri media akibat perkembangan teknologi dan pergeseran pola konsumsi informasi. Banyak tenaga profesional dengan pengalaman puluhan tahun terdampak oleh efisiensi tersebut.
“Mungkin yang di PHK ini bukan orang baru, melainkan yang sudah spesialis dan mungkin telah puluhan tahun mengabdikan diri pada dunia penyiaran,” tambahnya.
Disrupsi digital juga disebut membuat proses produksi konten menjadi jauh lebih murah dan praktis. Kini, siapa pun bisa menjadi kreator hanya dengan ponsel dan akses internet.
“Kalau dulu, untuk produksi acara butuh kamera besar, studio, dan peralatan mahal. Sekarang cukup dengan handphone dan koneksi internet. Perkembangan teknologi membuat produksi konten jadi mudah dan murah,” jelasnya.
Ia menyoroti regulasi penyiaran yang dianggap belum mampu mengikuti fleksibilitas media digital.
“Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 membatasi isi program, sementara di internet hampir tidak ada batasan. Televisi harus mengikuti aturan yang ditetapkan, sedangkan di internet siapapun bisa menyebar konten dengan bebas,” ucap Corry.
Sebagai solusi, industri televisi disarankan mulai berkonvergensi ke ranah digital dan menyasar pasar yang lebih spesifik.
“Televisi ke depan harus lebih fokus dan segmented. Tapi semua harus masuk ke digital, karena ini era digital,” tegasnya.
Tr : Divia Amanda