Teropongonline, Medan-Pada kegiatan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang diselenggarakan LPM Teknokra Lampung, mengusung tema “Jurnalis Sebagai Pemerhati Lingkungan” di ikuti 47 mahasiswa dari berbagai lintas daerah di Indonesia. Kegiatan berlangsung mulai 23-25 Oktober 2020 via Zoom.
Kegiatan di isi oleh dua pemateri yaitu Budisantoso Budiman selaku Redaktur LKBN Antara, dan Jay Fajar selaku Redaktur Kelautan Mongabay Indonesia.
Pada kesempatan kegiatan kasus terhadap lingkungan, menurut Jay Fajar hal-hal yang paling banyak disoroti melalui data Mongabay ada beberapa dan menarik.
“Menurut data yang ada, pembaca cenderung mengklik informasi makhluk eksotis bawah laut, satwa laut terdampar, polusi, dan pencemaran laut,” katanya saat menjadi pemateri PJTLN Teknokra, (23/10/20).
Selain itu, mengenai pencemaran laut tersebut, Jay menjelaskan, bahwa terdapat informasi yang perlu diketahui khalayak dan harus dipahami para pembaca.
“Pencemaran laut atau pencemaran lainnya itu terjadi akibat adanya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang bercampur,” jelas Jay.
Adapun komponen penyebab pencemaran yaitu seperti limbah pabrik, limbah pertambangan, limbah pertanian, partikel kimia dan hal lain yang merugikan makhluk hidup dan juga alam.
Mengenai pencemaran, terdapat peristiwa yang terjadi itu seperti pengeboman ikan, tumpahan minyak, penumpukan sampah dan limbah-limbah yang ada, menurut Jay ini sangat berbahaya.
“Dampak yang terjadi jika hal itu terjadi pada laut maka akan menurunkan kualitas air, rusaknya terumbu karang dan mangrove, satwa laut ada yang sakit bahkan mati,” sambungnya.
Disisi lain, Menurut Budisantoso Budiman hal yang perlu dibenahi terkait pencemaran lingkungan daratan ataupun perairan adalah potensi SDM belum terlalu optimal, prasarana, dan juga kesejahteran.
“Beberapa hal seperti SDM, prasarana dan kesejahteraan itu masih menjadi tugas pemerintahan, sebab misalkan saja nelayan lokal dan asing dari bentuk kapalnya sudah kalah begitu juga kesadaran warga yang kurang terhadap sampah, makanya tidak heran lagi,” tambah Budi selaku juga pegiat konservasi dan perhutanan sosial.
Tr: Muhammad Ryzki Alhaj