Teropongdaily, Medan-Halo sobat pong-pong! Tahukah kalian bahwa Indonesia dikenal dengan banyak keanekaragaman budaya? Manusia itu hidup dan menetap, pasti akan hidup dengan kebudayaan yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Tradisi ngobeng saat ini telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat Palembang, khususnya kalangan anak muda. Dalam tradisi ngobeng sendiri, banyak sekali nilai-nilai kearifan lokal yang masih relevan untuk menjawab isu.
Tradisi Ngobeng
Tradisi ngobeng merupakan tradisi menghidangkan makanan dalam acara kenduri seperti dalam acara pernikahan, khitanan, syukuran dan perayaan hari-hari besar keagamaan lainnya dengan menggunakan dulang dan kain persegi empat sebagai alat sajinya.
Tradisi ngobeng merupakan hasil dari tradisi Islam dengan kebudayaan lokal, yakni makan bersama menggunakan tangan secara langsung sambil duduk bersila sesuai yang disunahkan Nabi Muhammad SAW. Ngobeng merupakan tradisi kental masyarakat Palembang.
Ngobeng ini biasanya diperuntukkan bagi delapan orang dalam satu hidangan. Dimana setiap jenis makanan tersebut dibagi masing-masing tiga porsi/piring dalam satu hidangan, tergantung pada banyaknya jenis yang dihidangkan.
Adapun makanan yang disajikan dalam ngobeng tersebut adalah lauk-pauk dan pulur (yang terdiri dari sayur, sambal dan buah-buahan) dan yang menjadi center dari obengan ini adalah nasi yang disajikan dalam dulang yang terbuat dari kayu, baik itu nasi putih atau nasi minyak.
Dulang yang dipakai dalam ngobeng ini ada dua jenis dulang. Pertama, dulang persegi panjang yang dipakai untuk mengangkat hidangan dan kedua, dulang berbentuk silinder yang dipakai untuk menyajikan nasi yang akan diletakkan ditengah obengan.
Dalam tradisi ngobeng, diatur juga siapa-siapa saja yang akan duduk dalam hidangan tersebut. Pengaturan ini dapat dilihat dari strata sosial, usia dan jenis kelaminnya.
Tr : Muthi’ Nur Hanifah
Editor : Restu Adiningsih
Sumber : detik.com
Sumber Foto : Facebook