Dingin pagi ini merambat menusuk tulangku. Ditambah lagi dengan dinginnya laporan dari pihak kepolisian barusan. Kusegerakan untuk bersiap-siap menuju lokasi kejadian sesuai yang diberitakan. Kuteguk segelas kopi hangat buatan istriku, lalu segera kulajukan mobil sedan hitamku itu secepatnya. Gerimis hujan yang menari-nari membahasi aspal memaksaku untuk lebih berhati-hati dan menjaga kecepatan mobil.
Terlihat dari jauh kelap-kelip cahaya lampu sirine mobil ambulance dan beberapa mobil polisi dari kejauhan. Kuparkirkan mobilku di samping salah satu mobil polisi itu. Aku membuka pintu mobil lalu kuturunkan kedua kakiku berdiri di aspal itu. Dan kulihat langit yang sepertinya sudah tidak menjatuhkan tetesan air lagi.
Seorang polisi menyapaku, lalu mengajakku ke tempat dimana mobil korban sudah rusak parah hampir tak terbentuk. Kulihat seorang wanita remaja, dengan tubuh penuh luka lebam dan kepala yang terluka, sedang terbaring tak berdaya di atas kasur beroda. Kudekati dia, lalu kuraba denyut nadi di tangannya. Denyut nadinya benar-benar lemah. Segera kuperingati tim medis untuk segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Aku pun segera melangkahkan kakiku mendekati seorang polisi, untuk meminta penjelasan. Kata polisi itu, wanita itu adalah salah satu korban yang menumpangi mobil yang ringsek menabrak pohon besar itu. Wanita itu ditemukan beberapa meter dari mobil korban. Di dalam mobil ringsek itu, ditemukan juga seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengan wanita malang tadi, yang berada di kursi kemudi mobil. Namun lelaki itu sudah tidak bernyawa lagi di tempat, dan telah dimasukan ke dalam kantung jenazah untuk dibawa ke ruang otopsi di rumah sakit.
Polisi itu juga mengatakan, bahwa kecelakaan ini terjadi karena lelaki yang mengemudikan mobil itu dalam keadaan mengantuk. Namun kepastian ini belum jelas, karena belum ada bukti yang pasti. Akhirnya, kuputuskan untuk menunggu si wanita tadi siuman, lalu menanyakan langsung kronologis kejadian ini.
Esok harinya, aku pergi ke rumah sakit dimana si wanita itu dirawat. Kudatangi ruang rawatnya sesuai dengan informasi dari pihak rumah sakit. Kubuka pintu kamarnya, dan kulihat sudah ada seorang wanita berumur sekitar 40-an tahun, sedang memegang tangan si wanita yang sedang terbaring dengan infus yang menancap di lengan kanannya. Kemudian ia melihatku agak kaget, dan tersenyum kecil sembari mengusap air mata yang mengalir di pipinya, lalu mempersilahkanku untuk duduk. Ia memperkenalkan dirinya, bahwa namanya Mirna, Ibu dari si wanita itu. Dan Bu Mirna berkata bahwa ia sangat kaget mendapatkan berita dari pihak kepolisian tentang kejadian yang menimpa anaknya itu. Setahu Bu Mirna, anaknya kemarin hanya bilang, bahwa ia ada kegiatan sosial di sekolah, tetapi tidak pasti kegiatan apa itu. Pihak kepolisian juga memberitahu Bu Mirna, bahwa saya yang akan mencari tahu dan akan menyelidiki kasus ini.
Sekitar dua minggu keadaan koma, akhirnya putri tunggal Bu Mirna itu sudah siuman. Namun aku memutuskan untuk memberinya beberapa hari lagi waktu untuk istirahat, karena ia masih terlihat sangat lemah. Dan betapa terkejutnya aku, mendengar keterangan dari dokter bahwa Sari akan mengalami amnesia, karena benturan yang cukup parah pada kepalanya, tetapi belum diketahui secara pasti seberapa banyak memori Sari yang hilang. Mendengar itu, Bu Mirna sangat sedih dan sangat khawatir, dan bertanya kepada dokter sampai kapan amnesia ini menyerang dan ingatan Sari kembali. Dokter berkata bahwa tidak diketahui pasti kapan sembuhnya, namun mungkin bisa sembuh jika Sari dibantu untuk mengingat masa-masa lalu yang berkesan dan penting baginya, tetapi jangan terlalu dipaksakan.
Beberapa hari setelah itu, aku kembali datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar bahwa Sari sudah baikan dan mudah diajak komunikasi. Setelah sampai di rumah sakit dan bertemu langsung dengan Sari, ia berkata bahwa ingatan terakhirnya ia sedang liburan bersama keluarganya di pantai, dan Bu Mirna berkata bahwa kejadian itu sudah 3 tahun yang lalu. Hal ini pasti akan menambah kerumitan untuk mencari jejak penyebab kecelakaan itu.
Setelah dokter mengkonfirmasi kesehatan Sari yang sudah stabil, dokter mengizinkannya untuk pulang ke rumah. Namun Sari harus memakai alat bantu untuk berjalan karena kaki kirinya yang terkilir dan belum sembuh sempurna. Setelah sampai di rumah, sesuai saran dokter kami harus membantunya untuk mengingat sesuatu tentang kejadian misterius yang menimpanya, namun hasilnya masih nihil.
Aku setiap harinya selalu menyempatkan diri untuk datang ke rumah Sari, mengecek perkembanganya. Kuajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan tentang sekolahnya yang sekarang, karena menurut informasi dari ibunya, dua hari sebelum kecelakaan terjadi, Sari berpamitan untuk mengikuti kegiatan sosial sekolah, namun yang Sari ingat hanya masa SMP-nya dulu, tidak satupun menyangkut tentang masa SMA-nya sekarang.
Aku pun terpaksa harus memutar otakku. Berpikir lebih cermat untuk menyelesaikan masalah ini. Dan akhirnya muncul sebuah ide di benakku, untuk membawa Sari ke tempat di mana ingatan terakhir Sari, yaitu liburan di pantai bersama keluarga. Bu Mirna pun setuju. Dan kurencanakan untuk pergi kesana pada hari minggu nanti. Dan aku yakin Sari pasti dapat mengingat beberapa memori-memori penting disana.
Hari minggu pagi, sekitar pukul 10 aku sudah ada di depan rumahnya dengan mobil sedan hitamku. Ku tunggu hampir setengah jam dan akhirnya kami berangkat. Perjalanan ke pantai itu cukup jauh, memakan waktu sekitar dua setengah jam, dan mungkin agak lebih lama lagi karena kusengaja melajukan mobil dengan lambat, agar membuka kemungkinan manatahu Sari dapat mengingat hal penting ketika melihat sesuatu di jalan. Kebetulan jalan yang kami tempuh akan melewati hutan dimana Sari menimpa musibah sebulan yang lalu itu, dan kuputuskan untuk berhenti sejenak di sekitar tempat kejadiannya. Sari hanya masih terlihat kebingungan, benar-benar tidak ingat sama sekali tentang kejadian itu.
Kami pun melanjutkan perjalanan dengan hasil yang masih nihil. Akhirnya setelah hampir empat jam perjalanan, kami pun sampai di pantai itu. Bu Mirna membawa Sari ke beberapa tempat dimana mereka pernah melakukan beberapa aktivitas disana. Sari ingat, di mana ia menginap, berenang dan makan di pantai itu. Namun yang ia ingat hanya sampai situ saja, tidak lebih.
Beberapa jam pun berlalu. Segala cara telah kami lakukan untuk mengembalikan ingatan Sari, dan tidak mendapat hasil apa-apa. Dan aku memutuskan untuk pulang, karena waktu sudah sore. Aku masih belum kehilangan akal, lusa aku akan mencoba mengajak Sari ke sekolahnya, bersama dengan Bu Mirna. Mereka pun setuju dan kami segera berangkat pulang.
Hari sudah petang, dan kami sudah setengah perjalanan. Tiba-tiba, mobil yang kami kendarai mogok. Dan kebetulan mogoknya berada beberapa ratus meter dari lokasi kejadian kecelakaan Sari. Terpakasa aku keluar dari mobil dan membuka kap depan mobil. Bu Mirna ikut keluar dan memberikan penerangan serta mencoba membantuku. Sedangkan Sari masih mencoba mengingat-ingat kembali memorinya yang hilang.
Beberapa lama kemudian, Sari berkata sepertinya ia ingat sedikit tentang sesuatu di hutan ini, namun ingatannya masih kabur. Mendengar pernyataan Sari ini, tanpa berpikir panjang kami menuruti Sari, untuk pergi ke suatu daerah di dalam hutan, yang menurut Sari ia bisa mengingat sesuatu. Dan benar, tiba-tiba Sari terlihat sangat kaget, matanya terbuka lebar, kaku setelah memandang sebuah pisau yang tertancap di batang sebuah pohon raksasa.
Sari kemudian menangis keras, memeluk ibunya erat-erat, dan terlihat sangat ketakutan. Ia berteriak meminta keluar dari hutan ini dan pulang ke rumah. Aku dan Bu Mirna sangat terkejut, kemudian mencoba menenangkan Sari. Setelah beberapa lama, Bu Mirna akhirnya bisa menenangkan Sari. Aku pun segera bertanya perlahan-lahan tentang apa yang telah diingat oleh Sari.
Sari pun mulai bercerita sambil terisak-isak menahan tangis. Pada waktu itu, ia bersama lima orang temannya, sedang berkemah di hutan ini untuk menghabiskan kekosongan liburan mereka. Mereka memutuskan untuk kemah disini karena tempat ini sangat indah, serta pohon-pohon yang sangat besar ini membuat suasana di siang hari sangat sejuk. Namun, kelakuan teman-teman Sari sangat tidak baik, mereka tidak menjaga kebersihan di hutan ini. Mereka membuang sampah sembarangan, merusak ranting-ranting pohon, serta membuat api unggun yang berlebihan pada malam harinya.
Tiba-tiba, seekor monyet datang menghampiri mereka, dan mengamuk serta melempari Sari dan teman-temannya dengan sampah-sampah yang mereka buat, serta menutup api unggun yang besar itu dengan tanah. Seorang teman Sari terlihat panik, dan melempar pisau ke arah monyet itu, dan mengenai sedikit bagian kepala dari si monyet. Monyet itu teriak tak karuan, seakan-akan meminta tolong. Kemudian, muncul segeromobolan monyet dan beberapa monyet raksasa, mengejar Sari dan teman-temannya seakan-akan ingin mengusir. Karena keadaan hutan yang penuh dengan semak dan akar-akar pohon, beberapa teman Sari tak sadar terperosok ke dalam jurang. Melihat itu, Sari dan salah satu teman lelakinya berlari pontang-panting ke arah mobil mereka, lalu melajukan mobil dalam keadaan lebam-lebam di bagian tubuh karena lemparan monyet-monyet itu. Ketika mobil melaju dengan kencang, tiba-tiba salah satu ban depan mobil pecah, menyebabkan mobil hilang kendali dan terguling-guling menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan. Sari sempat terpental dari mobil sebelum mobil itu menghantam pohon.
Mendengar cerita nya, aku akhirnya mengerti beberapa orang yang hilang dan ditemukan tewas di jurang pada saat kecelakaan Sari memang berkaitan. Aku pun segera memberitahu semua informasi yang kudapat kepada pihak berwajib, dan kasusku yang ke-27 ini telah tuntas. Selain Sari yang mendapatkan kembali ingatannya, kami juga mendapatkan sebuah pelajaran berharga dari kejadian ini.
Selang beberapa hari dari terbongkarnya kasus ini, berita ini langsung menyebar secepat kilat ke telinga orang-orang. Dan akhirnya pemerintah memberikan peringatan untuk tidak merusak hutan, menjaga kelestariannya, dan tidak menyakiti satwa yang ada pada hutan itu. Pemerintah juga memberikan pengawasan terhadap orang yang memasuki hutan itu.
Tr : Arum Sari Anar
sumber foto : viva.co.id