Literasi keuangan merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan modern. Pengelolaan keuangan yang baik dapat menentukan kesejahteraan individu dan keluarga. Tanpa pemahaman yang cukup, seseorang bisa dengan mudah terjebak dalam masalah finansial yang berdampak panjang terhadap kualitas hidupnya.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2025, indeks literasi keuangan nasional di Indonesia mencapai 66,46%, sedangkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 mencatat indeks inklusi keuangan mencapai 80,51%, menunjukkan terjadinya peningkatan dibanding survei sebelumnya. Meski demikian, masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat perkotaan dan pedesaan dalam hal pemahaman keuangan.
Salah satu alasan utama pentingnya literasi keuangan adalah perannya dalam meningkatkan kesejahteraan. Individu yang memiliki pengetahuan finansial cenderung mampu menyusun anggaran, menabung, dan berinvestasi dengan bijak. Penelitian dari FINRA Investor Education Foundation menunjukkan bahwa individu dengan literasi keuangan tinggi lebih siap menghadapi masa depan secara finansial dan lebih tangguh menghadapi kondisi darurat seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis yang tidak terduga.
Sayangnya, tantangan besar dalam meningkatkan literasi keuangan di Indonesia adalah kurangnya pendidikan formal yang memadai. Banyak sekolah belum mengintegrasikan pendidikan keuangan ke dalam kurikulum. Data dari Global Financial Literacy Survey menunjukkan bahwa negara yang menerapkan pendidikan keuangan ke dalam sistem pendidikan memiliki tingkat literasi yang jauh lebih tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mengambil langkah konkret untuk menanamkan literasi keuangan sejak dini. Pembelajaran mengenai cara menabung, mengatur pengeluaran, serta memahami nilai uang perlu dikenalkan kepada siswa agar mereka tumbuh menjadi generasi yang lebih cerdas secara finansial.
Selain lembaga pendidikan, peran pemerintah dan sektor keuangan juga sangat penting. Program edukasi dan kampanye kesadaran dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan dan risikonya. Misalnya, OJK telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan literasi keuangan melalui seminar, workshop, dan materi edukasi yang mudah diakses.
Di era digital, literasi keuangan perlu disertai dengan pemahaman terhadap teknologi keuangan (fintech). Data dari Statista menunjukkan bahwa 45% pengguna internet di Indonesia telah memanfaatkan aplikasi keuangan pada tahun 2022. Oleh karena itu, masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memanfaatkan teknologi ini secara bijak, serta memahami risiko yang mungkin muncul, seperti penipuan dan kebocoran data pribadi.
Secara keseluruhan, literasi keuangan merupakan fondasi penting untuk mencapai kemandirian finansial. Dengan pemahaman dan keterampilan finansial yang baik, individu akan lebih mampu menghadapi tantangan keuangan di masa depan serta turut berkontribusi pada perekonomian yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Tr: Bian






















