Teropongonline, Medan-Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang negatif. Entah itu mengejek tubuh gendut, kurus, pendek, atau tinggi, sama seperti saat Anda melakukan bullying secara verbal. Disengaja atau tidak, namun hal ini bisa berpengaruh ke masalah mental orang yang dikomentari.
Bukan cuma bikin minder, korban body shaming umumnya akan menarik diri dari keramaian untuk menenangkan diri. Ada banyak perubahan sikap yang akan terjadi, misalnya mudah tersinggung, pendiam, malas makan, hingga depresi.
Perilaku body shaming di media sosial bisa dijerat UU ITE dan pelakunya bisa terancam penjara 4 tahun atau denda Rp 750 juta jika ada yang melaporkan.
Ciri-ciri kamu melakukan body shaming kepada orang lain :
- Menyuruh orang lain untuk olahraga.
“Sudah coba olahraga zumba belum? Cobain, deh. Bisa bikin cepat kurus, lho!” Pernah mengatakan hal ini pada orang lain? Jika iya, berarti kamu baru saja mengejek fisik orang lain alias melakukan body shaming. Kamu mungkin mengira bahwa kamu hanya sekadar memberikan informasi penting yang patut dicoba oleh orang lain. Padahal, bisa jadi teman kamu malah tersinggung dan menganggap kamu menyuruhnya olahraga karena tubuhnya gemuk. - Senang membandingkan tubuh orang lain.
Salah satu ciri kamu melakukan body shaming yang lain ialah menganggap tubuh sendiri paling ideal di antara teman-teman kamu. Ini bukan berarti baik karena rasa percaya diri kamu sedang meningkat, tapi ini justru tanda body shaming yang harus dihindari. Secara tidak sadar, kamu sedang membandingkan tubuh diri sendiri dengan teman lain yang bertubuh gemuk atau kurus daripada Anda. Apalagi sampai menganggap diri kamu telah sukses menjalani hidup sehat, sedangkan yang lain tidak. - Mengomentari makanan orang lain.
“Kamu kok makan junk food? Junk food bikin gemuk! Ganti sayur aja.”
Bahkan, kamu juga mengatakan bahwa makanan tersebut mengandung tinggi kalori dan lemak yang bisa membuat berat badan naik. Apalagi kalau kamu sampai menyuruhnya diet. Hati-hati, kamu baru saja melakukan body shaming terhadap teman kamu sendiri. - Ekspresi kaget ketika ada orang gemuk berolahraga.
Berakting terkejut atau bahkan memberi selamat ketika orang yang kelebihan berat badan berolahraga, tanpa disadari adalah sebuah bentuk body shaming atau lebih spesifiknya, fat shaming. Orang gemuk atau kelebihan berat badan masih tetap bisa berolahraga dan melakukan berbagai aktivitas intens. Maka sebaiknya kamu jangan memberi selamat atau berlaku kaget saat temanmu yang kelebihan berat badan memutuskan untuk olahraga demi kesehatannya. - Memberi saran soal pakaian.
Menyarankan teman bagaimana ia harus berpakaian agar terlihat lebih langsing atau tinggi bukannya membantu, tapi justru sebuah praktik body shaming yang mungkin bisa membuatnya tersinggung. Kecuali dia sendiri yang meminta saran berpakaian dari kamu yaa sobat pong-pong. - Memuji yang tidak pada tempatnya.
“Wow, kamu cantik yang sekarang. Berat badanmu turun berapa kilo?”
Sekilas kalimat di atas terkesan seperti memuji. Tapi komentar yang tampaknya ‘positif’ itu justru bisa dianggap sebaliknya. Dengan mengatakan “berat badanmu turun berapa kilo?” menyiratkan bahwa bertubuh gemuk itu memang sesuatu yang tidak baik. Artinya, ‘seseorang bertubuh gemuk tidak dianggap cantik’. Padahal seseorang bisa terlihat cantik dan bertubuh gemuk di saat yang bersamaan. - Tiny Shaming.
Body shaming tidak hanya terjadi pada orang gemuk, tapi juga pada orang kurus. Perlu diingat, mengomentari tubuh orang dengan ‘terlalu kurus’, ‘kurang gizi’ atau ‘banyak makan supaya sehat’ juga merupakan bentuk body shaming. Sebelum berkomentar atau mengejek tubuh seseorang terlalu kurus atau ceking, ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui. Sebagian orang memiliki metabolisme tubuh yang cepat sehingga sulit bagi mereka untuk naik berat badan. Ada pula yang memang suka berolahraga hampir setiap hari sehingga tubuh mereka selalu terlihat kurus, dan mungkin juga karena mengalami gangguan pola makan dan sedang menjalani perawatan intensif. Kamu tidak akan pernah tahu, dan tidak perlu tahu jika mereka memang tidak ingin mengatakannya. - Memberi label tentang badan orang lain.
Ketika kamu memberi julukan seperti “Si gendut” atau “Si Kurus” kepada orang lain, itu sudah menjadi tanda bahwa kamu sudah melakukan body shaming lho sobat pong-pong.
Nah, perkataan yang termasuk dalam kategoti body shaming seperti “Ya ampun, kamu kok makin kurusan?” atau “Duh, jerawat kamu kok makin banyak sih?” atau “Kamu iteman ya sekarang…” sebaiknya jangan dikatakan kepada orang sekitar kamu ya sobat pong-pong karena body shaming bisa membuat orang lain makin gak percaya diri dan stress, kamu mau jadi penyebab utamanya?
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula kamu yang pasti punya kelemahan fisik juga. Maka sebelum melakukan body shaming, seharusnya kita intropeksi diri terlebih dahulu. Apakah fisikmu sesempurna itu sehingga kamu pantas mengomentari kekurangan fisik orang lain? Apakah fisikmu sama sekali tak memiliki cela? Jika jawabannya “tidak” maka jangan berani-berani membully fisik orang lain ya sobat pong-pong.
Yuk kita jaga perasaan orang lain.
Tr : Dwi Rizqa