Surya mengintip hari yang sunyi
Di ujung permukaan jalan yang segera berakhir
Menyambut gebrakan asa yang sudah berdesir
Menuntun benak untuk senantiasa berfikir.
Kala itu, bukanlah suatu permainan
Goresan kisah tentang suatu jejak peradaban,
Sudutnya penuh dengan asa pilon mimpi harapan
Angin membisu, lamunan lunglai melayang tinggi menembus aksara hampa impian.
Hai Tano Niha ku,
Masihkah kau ingat tetesan peluh leluhur menciptakan suatu peradaban
Merangkai waktu, mengukir kisah dan menjebak prajuritmu untuk membisu
Barang kali keheningan tak terasa membeku.
Batumu menjulang tinggi
Laksana kisah yang tak sabar ingin dibubuhi,
Kata sapaan yang memekakan hati
Memaksa prajuritmu untuk menggagahi.
Asaku telah terkumpul dalam benakku
Menggebrak lamunan Tano Niha dalam rangkaian syaratnya,
Masa mudaku, laksana anak panah mencapai targetnya
Sebagai prajurit Tano Niha
Melimpah ruah timbul bersama tinggalan sejarah.
Kisah pilu telah enyah
Tak lagi resah dalam lautan asa,
Batumu takluk laksana raja turun tahta, Apakah ini nyata?
Pilon mimpi asa sang prajurit Tano Niha.
Tr : Raja Hamdani Lubis
Sumber Foto : Pinterest