Teropongonline,Medan-Akhir -akhir ini berbagai macam isu bermunculan, mulai dari isu politik, polusi, sampah plastik, hoax, sampai pada isu SARA dan bahkan masi banyak lagi permasalahan lainnya yang terjadi pada negeri kita. Ini tentu bukan hanya menjadi beban pemerintah saja, tapi juga kita sebagai masyarakatnya yang kadang justru ikut-ikut menambah beban masalah. Gejala-gejala akan timbulnya pertajaman mengenai pertentangan-pertentangan antara kita dengan kita telah nampak, dan gejala-gejala akan karamnya semangat toleransi sudah muncul. Apakah orang-orang tidak menyadari akan hal itu ?
.
Pasca pembacaan teks proklamasi pada 17 agustus 1945 bung karno menaruh harapan untuk indonesia melalui doa nya, “berikan kami kemudahan dalam perjuangan kami, agar kami menjadi bangsa yang terhormat, menjadi bangsa yang kaya, yang makmur dan dimana tidak ada kemiskinan yang memporak-porandakan kehidupan, menjadi bangsa yang menghargai kemanusiaan dan menjadi bangsa yang paham akan hidup bersama dalam persatuan”. Kini doa bung karno telah sampai pada kita semua, perjuangan besar para pahlawan terdahulu untuk memerdekaan rakyatnya dari kejamnya para penjajah saat itu hanya tinggal kita lanjutkan bukan justru malah kita hancurkan.
Dan melanjutkan perjuangan dari pahlawan sebelumnya adalah merupakan tugas suci yang sangat mulia bagi kita semua masyarakat indonesia.
.
Bisa kita lihat mulai dari kegaduhan politik, rasa-rasanya dipanggung politik, akal sehat mudah dilumpuhkan. Pikiran yang irasional gampang disulap menjadi rasional. Kegaduhan politik rasanya tidak ada hentinya. Saling tuding, saling fitnah, saling lapor, mewarnai ruang ingatan kolektif saat ini. Hal tersebut tentunya mencederai reformasi, dimana kebebasan seharusnya menjadi ruang aman untuk kita semua justru malah menjadi bumerang bagi kita sendiri. Sejak era diigital, kebebasan seperti tak pernah menemukan batas. Seperti kita lihat, media sosial yang merupakan platfrom terbaru era millenial justru lebih dominan memunculkan sisi-sisi negatif. Media sosial bukan lagi menjadi saluran komunikasi yang lebih banyak positifnya, melainkan semakin bertaburan berita bohong (hoaks), dan juga ujaran kebencian yang begitu bebas di sebarkan melalui sosial media.
.
Seharusnya di zaman teknologi digital ini kita harus lebih bijak dalam mencari informasi dan menyebarkan informasi melalui media sosial. Jangan jadikan permasalahan-permasalahan ini menjadi faktor tertinggal nya indonesia dari bangsa-bangsa lain dimana mereka selalu terbuka kepada ide-ide baru dan pengetahun-pengetahun baru.
.
Beberapa hari silam kita di ributkan dengan isu SARA, Papua kembali bersuara, ribuan orang turun ke jalan akibat kentalnya kebencian berbau rasis yang menimpa Mahasiswa Papua di Malang, Surabaya, Semarang, hingga Makassar. Ya lagi-lagi tanah papua yang menjadi imbas dari perkataan dan tindakan yang tidak enak dari saudaranya sendiri. Rasisme dan diskriminasi memang menjadi hantu yang berbahaya di negeri ini, perlu penangan yang khusus agar tidak terjadi cidera serius. Papua memang selalu tampak indah dan mempesona, namun diantara belantara keindahannya dan isi perut buminya juga tersimpan magma yang setiap saat bisa muncul kepermukaan. Jika selama ini terlalu banyak keributan di pusat kekuasaan jakarta, sudah saatnya kini berhenti dan beralih memikirkan wilayah-wilayah lain.
.
Harusnya insiden Tolikara pada masa lampau yang juga pernah meletup di Papua bisa dijadikan pelajaran bangsa ini, bahwa konflik di negeri ini tidak melulu berlatar politik-ekonomi, melainkan juga belatarkan agama, tuntutan kemerdekaan dan juga perjuangan kemanusiaan yang masi terus diperjuangkan.
.
Ditengah masyarakat yang mulietnis dan multikultur, konflik memang selalu mencari waktu-waktu yang tepat untuk menyulut api. Dan nampaknya pengalaman negeri ini mengenai konflik yang berlatar SARA seperti : Sambat, Sambit, Ambon, Poso, Maluku Utara, Papua dan daerah-daerah lainnya tidak dijadikan pelajaran untuk memajukan negeri ini agar menjadi bangsa yang maju di masa depan dengan menanamkan pemahaman bahwa toleransi dan persatuan adalah ikatan hidup bangsa ini.
.
Saat ini kita sedang berada di dalam keriuhan, jadilah masyarakat yang bijak dengan selalu mengkritisi apa-apa yang menjadi kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai pada keadaan bangsa ini. Kita tidak ingin konflik dan perselisihan terus-terus terjadi di tanah air ini, kita juga tidak ingin perpecahan sampai terjadi akibat keegoisan orang-orang yang ada di dalam negeri ini. Marila kita mencintai dengan sepenuh hati bangsa ini jangan hanya pandai berteriak “NKRI harga mati” tapi pada kenyataannya saudara sendiri saja kau ludahi.
Reporter : Kusnadila Anandari