Teropongonline, Medan – Lügenpresse adalah istilah politik merendahkan yang digunakan sebagian besar oleh gerakan politik Jerman untuk media cetak dan media massa pada umumnya, sebagai taktik propaganda untuk mendiskreditkan pers bebas.
Lügenpresse ”dicap sebagai kata tabu di Jerman pada tahun 2015 oleh panel ahli bahasa. Setelah gerakan anti-Islam seperti Pegida, mulai menggunakannya lebih sering di hadapan wartawan. Seperti di Amerika Serikat, kepercayaan pada media arus utama sedang menurun di Jerman. Selain itu rezim Nazi dan pemerintah Jerman Timur memanfaatkannya, dan mengubahnya menjadi slogan anti-demokrasi.
Serangan verbal terhadap jurnalis segera berubah menjadi kekerasan fisik di Jerman. Kadang-kadang, anggota media tidak dapat meliput pawai protes yang diselenggarakan oleh Pegida tanpa personil keamanan swasta. Beberapa wartawan yang mengambil risiko masuk tanpa izin akan dipukuli. Tidak diragukan lagi bahwa kata “Lügenpresse” memiliki arti yang sangat buruk di Jerman pada saat modern ini.
Namun, sejarahnya bahkan lebih buruk.
Istilah ini muncul jauh sebelum Nazi mengambil alih di Jerman. Misalnya, Kementerian Pertahanan Jerman merilis sebuah buku berjudul “The Lügenpresse of Our Enemies” pada tahun 1918 selama Perang Dunia I. Menurut surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung, istilah itu diciptakan oleh Reinhold Anton pada tahun 1914. Dalam buku tersebut, Anton menggunakan istilah itu terutama dalam konteks asing untuk merujuk pada “propaganda musuh.” Tidak dijelaskan dalam buku ini apakah Anton adalah nama samaran.
Pada saat itu, kata itu digunakan secara lebih deskriptif. Satu dekade kemudian, itu telah berubah menjadi slogan propaganda yang eksplosif dan menstigma, yang digunakan untuk membangkitkan kebencian terhadap orang-orang Yahudi dan komunis. Kritik terhadap rezim Adolf Hitler sering disebut sebagai “aparat Lügenpresse.”
Sampai hari ini, kata itu memiliki konotasi anti-Semit, dan itu menyiratkan kebencian tidak hanya terhadap jurnalis tetapi juga terhadap semua orang yang menentang “kehendak rakyat.” Konsep abstrak itu muncul selama Perang Dunia II ketika Hitler berusaha menyebarkan gagasan bahwa orang Jerman adalah “ras utama” yang lebih unggul daripada yang lainnya, terutama orang Yahudi dan Slavia.
Konsekuensi dari retorika itu yang mana istilah “Lügenpresse” adalah komponen penting di bawah propaganda menteri penerangan Joseph Goebbels. Dalam kepemimpian Joseph hal hal mengerikan mulai terjadi, jutaan orang terbunuh di kamp-kamp oleh Nazi, termasuk orang Yahudi, lawan politik dan homoseksual.
Meskipun kata itu menghilang dari wacana publik selama hampir setengah abad di Jerman Barat yang demokratis, namun ia terus berkembang di Jerman Timur yang komunis, tempat kata itu digunakan untuk mengutuk negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
Ketika muncul video dua pendukung Donald Trump meneriakkan “Lügenpresse” (kebohongan pers) mulai beredar, Trump telah membuat orang-orang Jerman yang mengetahui asal usul kisah dibalik Lügenpresse merasa khawatir.
Reporter : Clara Wirianda