Teropongonline, Medan- Pada masa Idul Fitri, salah satu menu yang banyak diminati masyarakat Langkat adalah halua. Manisan halua khas Melayu ini biasanya disuguhkan untuk tamu yang berkunjung pada saat hari raya.
Budaya dan adat istiadat Melayu dipengaruhi oleh budaya Arab. Kata ‘halua’ berasal dari bahasa Arab gundul (tulisan Arab tanpa harakat) “halwa” yang memiliki arti “manisan” yang diberikan untuk seorang anak perempuan, dan boleh diberikan untuk nama sebuah produk, tempat ataupun makanan.
Dalam kaidah Melayu halua/halwa adalah sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera yang didominasi masyarakat suku Melayu sebagai warisan budaya turun menurun dari nenek moyang yang terus dijaga kelestariaannya hingga sekarang.
Halua merupakan manisan yang terdiri dari berbagai sayuran dan buah-buahan seperti buah renda, buah kundur, buah asam gelugur, cabai merah batang atau daun pepaya, bunga pepaya, buah pepaya, buah pala belah, cekapung, wortel, kedondong, dan kolang kaling.
Bentuknya beragam dan bisa dirangkai menjadi bunga atau bentuk lain yang indah. Tampilan warna-warni yang mengkilap membuat manisan ini sangat menarik. Manisan ini dapat di bentuk dan dirangkai dengan berbagai ragam menjadi bentuk bunga, bentuk burung dan bentuk yang lainnya lebih menarik.
Manisan ini sebelum disajikan ditata cantik dalam bokor atau baki sehingga layak jadi suguhan tamu-tamu di hari istimewa. Halua juga jadi syarat untuk hantaran pengantin dan suguhan yang wajib dicicip saat pesta dan hari raya lebaran.
Sebenarnya halua tidak hanya ada pada saat Idul Fitri saja, di hari-hari biasa manisan ini juga dengan mudah ditemukan di kawasan Langkat.
Selain enak disantap, ternyata halua dulunya menjadi makanan yang sering dihidangkan pada pertemuan serta hari-hari besar di kalangan kesultanan pesisir timur, yang wilayahnya terbentang dari Langkat hingga Riau.
Bahkan hingga sampai saat ini, halua menjadi salah satu sajian khas di saat Idul Fitri di Langkat, Sumatera Utara.
Fakta tentang halua berikutnya yakni selama proses pembuatannya buah akan melalui proses perendaman yang lama.
Sebelum direndam, buah perlu dibersihkan terlebih dahulu.
Selanjutnya buah akan direndam dalam air kapur sirih, lalu ditambahkan gula dan diendapkan selama sekitar 30 hari.
Tr : Nurul Hafidza