Teropongdaily, Medan-Profesi selama ini bisa dikatakan sangat identik bahkan menjadi tolak ukur dengan keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Artinya profesi dimaknai oleh segala sesuatu hasil dari sebuah pendidikan keahlian. Sebut saja seperti profesi polisi yang merupakan buah dari pendidikan Akademi Polisi (Akpol) atau profesi dokter yang merupakan hasil dari mengeyam bangku perkuliahan kedokteran.
Pada zaman termutakhir seperti sekarang, agaknya profesi sudah memiliki arti yang lebih luas. Bahkan menurut penulis disini sebuah profesi tidak bisa lagi dikait-kaitkan dengan kesuksesan seseorang. Secara eksplisit profesi di zaman sekarang sudah beragam, bahkan tidak mesti harus dilandasi oleh pendidikan keahlian seperti yang dimaksudkan. Tujuan seseorang berprofesi sudah lebih beragam. Tidak hanya sekedar mencari uang, bahkan tidak sedikit seseorang menjadikan profesinya untuk popularitas, investasi atau sekedar bersenang-senang saja.
Apakah ini adalah omong kosong? Tentu tidak. Mari kita buktikan. Jika pada zaman sekarang sesorang hanya menjadikan profesi sebagai lumbung uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, mungkin ratusan bahkan ribuan milyarder di dunia ini sudah tidak berprofesi lagi. Kita contohkan misal disini seperti salah satu orang terkaya di Indonesia. Hary Tanoesoedibjo merupakan salah satu orang terkaya di negeri ini. Sukses dan berhasil saya rasa sudah melampaui pada dirinya. Akan tetapi ditengah kesuksesan dirinya sebagai pengusaha, ia masih sempat-sempatnya menjadi bagian bahkan Pimpinan di salah satu partai politik di Indonesia.
Jelas sebagai seorang tokoh politik atau politikus sudah termasuk sebagai kategori profesi. Karena banyak orang bisa menjadi anggota partai politik tapi tidak ahli menjadi tokoh politik, atau bahkan menjadi Pimpinan partai politik. Apakah bisa dikatakan profesinya sebagai Pimpinan Partai Politik menjadi faktor kesuksesan dirinya pada saat ini? silahkan pembaca tanggapi dalam hati.
Kembali lagi, profesi di masa kini sudah memiliki arti yang luas. Profesi tidak harus identik dengan pendidikan tinggi, kantor dan pemerintahan. Banyak profesi di masa sekarang yang bahkan jauh dari hal-hal tersebut. Bertebar bebasya platform media sosial yang ada sekarang tentu mempengaruhi hal itu. Kita contohkan seorang Tiktokers atau Youtubers. Sering kita temukan beragam latar belakang seseorang saat ini lebih memilih menjadi kedua pekerja media sosial tersebut ketimbang harus menjalani keseharian berprofesi yang kaku.
Deddy Corbuzier adalah salah satunya. Mengawali karir sebagai seorang pesulap. Bahkan nama yang dipakai pria bernama asli Deddy Cahyadi ini sangat identik profesinya sebagai pesulap. Alih-alih terus menjadi magician, kini Deddy merubah haluannya menjadi seorang Youtuber. Akan tetapi apakah menjadi seorang Youtuber yang mengantarkan kesuksesan bagi seorang Deddy? Tentu tidak serratus persen benar. Karena jauh sebelum Deddy menjadi Youtuber, pria yang identik dengan otot kekar tersebut sudah jaya dan sukses saat menjadi pesulap.
Tetapi memang benar, profesi saat ini masih saja kerap dipandang sebagai tolar ukur kesuksesan seseorang. Pengaruh zaman juga yang sedang beralih, wajar saja jika saat ini profesi masih dipandang sebagai acuan keberhasilan. Contoh saja seorang yang ingin melamar kekasihnya, kerap akan mendapati pertanyaan seputar profesi oleh calon mertuanya. Bahkan kerap hal itu masih menjadi penentu masa depan sesorang. Seharusnya hal sederhana ini sudah seharusnya kita pahami bersama. Karena tidak menjadi jaminan pula seseorang yang menghabiskan waktunya seharian di kantor atau laboratorium akan menjadi sukses di masa depan. Bahkan sebaliknya seseorang yang mencari pendapatannya hanya dari rumah bisa saja menjadi gerbang kesuksesan.
Tr : Mhd. Iqbal
Foto : Ismil Huda