Detik telah berlalu,
Menit juga telah berlalu,
Jam dinding mengingatkanku untuk istirahat.
Aku seperti puisi yang tak kehabisan kata-kata,
Yang setiap waktunya menyuarakan namamu,
Dalam kumpulan kata dan huruf ini, yang kuharap kau ada di sini.
Diantara sekian luasnya samudra ini,
Tuhan menjatuhkan rasaku,
Pada rapatnya pintu hatimu.
Ketahuilah, kita begitu sempurna, dalam ketidaksamaan rasa.
Tahun akan berganti, kita tak kunjung temu.
Jika kamu bertanya untuk apa?
Biar kujelaskan semua yang tak sempat kita selesaikan.
Bagimu sudah selesai. Bagiku? tentu sebaliknya.
Tak adil rasanya jika hanya aku yang tampak bersalah.
Hanya aku yang merasa tak pantas.
Hanya aku yang masih diperasaan rindu untuk kebersamaan tanpa luka di dalamnya.
Aku tertunduk kutatap dengan sendu di depanku,
Gundukan tanah itu,
Kemudian giliranku meninggalkannya,
Barbalik arah dalam diam kembali ke peraduanku.
Tr: Isty Fay Siregar
Editor: Salsabila Balqis
Sumber foto: Pinterest