Teropongdaily, Medan-Love bombing adalah tindakan fisik maupun verbal berupa kasih sayang yang berlebih yang diberikan pasangan. Pelaku love bombing biasanya membombardir pasangan dengan perhatian, pujian, kasih sayang yang berlebihan. Apakah hal ini bagus?
Ternyata tidak selamanya perhatian yang berlebihan itu bagus. Apalagi jika sosok tersebut baru saja kita kenal. Banyak orang merasa di-treat like a queen oleh pasangannya padahal dirinya hanya sedang dimanipulasi. Semua itu adalah langkah awal bagi si pelaku guna mendapatkan apa yang diinginkannya.
Pelaku akan memposisikan dia seolah-olah dia adalah pahlawan bagi korbannya, dengan begitu korban akan terjebak dan tidak bisa dengan mudah lepas dari hubungan tersebut. Semua itu dikarenakan si korban merasa bahwa si pelaku sangat berjasa dan selalu ada untuk dirinya.
Hal ini tentu mempengaruhi kesehatan mental, secara psikologi. Love bombing bisa menyebabkan korban merasa bingung dan terkekang. Korban tidak bisa membedakan apakah dia sedang dicintai atau dimanipulasi.
Pelaku juga umumnya memilih korban yang rentan seperti : anak broken home, kesepian, baru putus, fatherless dan lain sebagainya.
Tindakan love bombing ini sering ditemukan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pendekatan diawal hubungan. Pasangan akan bersikap dramatis seperti menyatakan bahwa dia sangat mencintai pasangannya, namun dilain sisi, pelaku love bombing tidak akan merubah sikapnya atau perilaku mereka yang kurang baik.
Sebab mereka hanya ingin mengendalikan kontrol atas korban dan tetap mengulangi tabiat buruknya, karna dia tau korban akan memaafkannya.
Pelaku akan membuat korban merasa sangat disayangi, mendominasi hubungan, kecemburuan berlebih yang membuat korban kewalahan, jika korban menolak pelaku, maka si pelaku akan mengungkit segala sesuatu yang telah ia berikan kepada korban. Pelaku berperilaku seolah-olah dia lah korban dalam hubungan tersebut.
Pelaku juga akan memanipulasi untuk mendapatkan apa yang pelaku inginkan. Tindakan sangat mengikat pasangan sampai tidak ada batasan privasi dalam sebuah hubungan membuat korban juga tidak memiliki dunia lain selain pasangannya itu sendiri. Korban dibuat tidak bisa mengembangkan diri. Hal ini merupakan “ red flag ”. atau tanda perilaku tersebut sudah merugikan.
Untuk dapat keluar dari jeratan love bombing dan hubungan yang toxic, yang harus dilakukan adalah mencari cara untuk mengkomunikasikan hal tersebut kepada orang terdekat. Tentunya orang yang dipercaya seperti sahabat, keluarga atau meminta bantuan dari profesional seperti psikolog.
Simpan nomor-nomor darurat lalu kirimkan lokasi terkini jika merasa aneh saat sedang bersama pelaku.
Jika sudah merasa dirugikan dan semua ciri-ciri love bombing tersebut sudah tampak jelas, jangan segan untuk meninggalkan hubungan tersebut. Meskipun cinta itu adalah pengorbanan bukan berarti itu harus menyiksa mental dan perasaan.
Tr : Maghfirani
Editor : Rizali Rusydan
Sumber Foto : Pngtree