Teropongdaily, Medan-Demian, Kisah Keteraturan Masa Muda Atau Pemberontakan Psikologis Remaja
“Demian, The Story of Emil Sinclair’s Youth” merupakan salah satu buku terbaik yang ditulis oleh seorang pemenang Nobel Sastra, Herman Hesse. Novel yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1919 ini ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul asli ‘ Demian: Die Geschichte einer Jugend ‘.
Seperti dalam judulnya, kisah pada buku ini sendiri menceritakan tentang kehidupan seorang remaja bernama Emil Sinclair yang hidup bersama keluarganya dalam dunia yang taat dan penuh keteraturan, hingga akhirnya dia bertemu dengan Demian. Anak lelaki yang membantunya melangkah keluar dan berpengaruh dalam perubahan diri Sinclair.
Buku ini sendiri ditulis oleh Hesse pada tahun 1917 saat keadaan Perang Dunia I masih melanda. Pada saat itu, Hesse menuliskan buku ini sambil menggambarkan masalah-masalah psikologis yang dialaminya selama remaja. Entah itu karena pemikiran duniawi nya ataupun moralitas keagamaan yang diajarkan oleh orang tuanya.
Penggambaran dua dunia, yaitu dunia putih yang berisikan orang-orang taat dan berasal dari golongan atas berdampingan dengan dunia hitam yang diisi oleh para penjaja dan masyarakat kalangan bawah merupakan salah satu deskripsi Hesse saat menghadapi krisis moral yang ia tahu diajarkan oleh keluarganya dengan kefanaan yang dia dapatkan selama masa remajanya, yang dimana keduanya saat bertimpangan.
Banyaknya perdebatan moralitas serta psikologis Hesse makin terlihat jelas dalam kalimat yang dituliskan untuk menggambarkan perasaan Sinclair saat melakukan dosa pertamanya.
“Dosaku bukanlah sebuah aksi tertentu, dosaku adalah mengulurkan tanganku kepada sang iblis. Sang iblis mencengkramku dalam genggamannya. Sang musuh berdiri di belakangku.”
Hal ini merupakan analogi mengenai bagaimana lingkungan Sinclair yang merupakan dunia baik dan putih terjerat dalam perangkap iblis, yang membuatnya keluar dari zona tersebut dan bergabung pada dunia kalangan bawah.
Melihat bagaimana Sinclair yang hidup dalam lingkungan kekristenan yang taat bersama orang tuanya, melakukan dosa pertama kalinya dengan berbohong untuk menutupi egonya yang masih remaja membuat Sinclair pada saat itu merasa sangat kotor. Baris tersebut menyebutkan bagaimana Sinclair yang termakan bujuk rayuan ‘sang iblis’, mengkonfrontasi bagian dari dirinya yang taat.
Jika memperhatikan bagian judul ‘The Story of Emil Sinclair’s Youth’, disini dapat kita lihat bahwa, yang menjadi fokus utama Hesse ialah perdebatan-perdebatan yang dialami oleh seorang remaja yang belum mengetahui apa itu dunia dan masih berjalan dengan sepatu kedua orang tuanya.
Demian memang tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu buku sulit yang tidak hanya mengandung konfrontasi psikologis remaja, namun juga diisi dengan teori-teori mengenai moralitas serta tradisi yang ada. Namun, buku ini juga adalah salah satu dari sekian pilihan tepat untuk membawa pembaca lebih kritis dalam memahami keseluruhan isinya.
Dalam cerita ini kita diajak untuk berpikir dan ikut mempertanyakan, bagaimana hidup itu yang sebenernya. Tidak lepas dari segala rasa frustasi serta kesalahan-kesalahan yang diiringi dengan keinginan untuk tetap terlibat kedalam kekacauan yang ada. Membuat kita ikut membayangkan keadaan yang dirasakan oleh Hesse sebagai penulis dalam potret Sinclair.
Buku ini juga menggambarkan karakter seseorang yang awalnya menutup matanya dan hanya berada di zona amannya, perlahan mulai menyadari kekuatannya sebagai seorang individu dan mengendalikan hidupnya.
Tr : Asa
Sumber Foto : target.com