Selembar kertas terbentang di meja,
putih, polos, tanpa suara.
Namun di atasnya pena mulai menari,
menuliskan mimpi yang lahir dari sunyi.
Dulu ia hanyalah serat tak bernama,
seperti anak-anak yang duduk di bangku sekolah,
menatap papan tulis dengan mata penuh tanya,
tentang dunia, tentang masa depan, tentang arti berjuang.
Guratan tinta menjelma doa,
setiap huruf adalah harapan,
setiap coretan adalah langkah,
menuju masa depan yang belum terbaca.
Selembar kertas tak pernah menolak tinta,
seperti guru yang tak pernah menolak muridnya.
Meski goresannya kadang salah,
ia tetap menjadi tempat belajar tentang benar dan makna.
Kelak, kertas itu mungkin lusuh dan sobek,
tapi di sanalah sejarah kecil ditulis,
bahwa ilmu bukan tentang hafalan,
melainkan tentang keberanian memulai,
dari selembar kertas kosong yang berani diisi.
Tr: Raihan Aqiila




















