Teropongdaily, Medan-“Jadi kenapa warnanya kuning hijau, kuningnya melayu, hijaunya itu keislaman.”
Kalimat santai yang keluar dari mulut seorang pria berkulit sawo matang sembari menjawab pertanyaan tentang filosofi warna Masjid Lama Gang Bengkok. Pria itu adalah H. Muklis Tanjung. Muklis merupakan Sekretaris BKM Masjid Lama Gang Bengkok.
Cukup sulit menemui Muklis untuk sekedar berwawancara dengannya. Aku sempat mencoba mendatangi masjid tersebut pada Sabtu, 11 juni 2022. Sialnya pada saat itu aku tidak bertemu dengan Muklis
“kalau mau jumpa senin ajalah,”
Ucap Imam Masjid Lama Gang Bengkok memberitahuku agar bisa berjumpa dengan Muklis.
Singkat cerita aku kembali datang pada hari Senin, 13 juni 2022 tepatnya setelah
ashar. Sampainya disana aku kembali dihadapkan dengan masjid yang dominan warna kuning dengan corak hijau. Tampak di sekitar masjid banyak ditemui bengkel motor. Selain itu masjid yang beralamat di jalan Kesawan Kota Medan ini juga terbilang menjadi salah satu wisata religi di kota terbesar nomor tiga di Indonesia ini.
Pada akhirnya aku menemui Muklis. Pria yang saat itu memakai koko putih
bersalaman denganku dan mengajak duduk di teras masjid untuk melakukan
wawancara.
“Masjid Lama Gang Bengkok ini dahulunya bukanlah masjid pada tahun 1874 di Kota Medan ini yang memerintah adalah kesulatanan dan ada anak buah namanya datuk kesawan,”
Pria dengan rambut putih yang dimakan usia itu berkata bahwa ada seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tjong A Fie yang sangat berpengaruh dalam berdirinya Masjid Lama Gang Bengkok.
“Jadi disini ada niat dari Tjong A Fie membangun rumah ibadah, niatnya itu
disampaikan kepada datuk, datuk yang menjadi penguasa di kesawan ini, Datuk
Kesawan atau Muhammad Ali tapi gelarnya Datuk Kesawan. Disampaikan niatnya ini dan diterima oleh datuk dan datuk berniat untuk mewakafkan tanahnya. Sebelum berdirinya ini(masjid) mereka pergi dulu ke kesultanan deli, kesultanan deli adalah pemerintahan yang sah di tahun itu. Pada saatu Kesultanan deli di pimpin oleh Sultan
Mahmud Ar Rasyid tapi gelarnya Sultan Deli,” penjelasan dari Muklis.
Untuk meyakinkan, Muklis mengatakan bahwa kala itu Tjong A Fie dan Datuk
Kesawan menyampaikan niatnya tersebut dan disetujui oleh Sultan Deli. Tidak heran jika atap masjid terlihat seperti bangunan Tiongkok.
“Kenapa namanya Gang Bengkok, karena dulunya ini pas ditikungan dan ini mesjid
yang terlama makanya namanya itu Mesjid Lama Gang Bengkok, bukan bengkok mesjidnya tapi pas di tikungan,” kata Sekretaris BKM Masjid Lama Gang Bengkok itu untuk menjawab pertanyaan mengenai asal-usul masjid ini. Benar saja, memang masjid ini terletak tepat di tikungan yang cukup patah di daerah jalan kesawan.
Hingga tahun ini umur masjid yang masih terlihat kokoh ini sudah berusia kurang
lebih 148 tahun. Meski begitu masjid ini masih terlihat terawat, bersih dan ramai.
Beragam kalangan tampak sering mengunjungi masjid tersebut untuk salat atau cuma sekedar beristirahat dan melihat-lihat masjid ini.
“Dari tahun sekian itu uda banyak rehab, rehab itu tidak mengurangi bentuk, yang
kami ganti itu kayu, 100 tahun lebih dia kan gak tahan, sengnya seng biasa di ganti, asbesnya asbes biasa. Lalu tahun 2000-an diganti lah ini semua, tidak kita rubah bentuk aslinya, makanya semua ini ada cagar budaya peninggalan yang tidak bisa dirubah lagi,” tutur Muklis.
Masjid Lama Gang Bengkok juga sama seperti masjid lainnya, masjid ini juga
memiliki kegitan rutin. Terutama pada bulan suci Ramadan, aktivitas-aktivitas seperti salat tarawih, tadarus hingga buka bersama pun turut menyemarakkan suasana di Masjid Lama Gang Bengkok.
Tr : Adhlin Faridz