Teropongdaily, Medan-Marketplace guru belakangan ini menjadi perbincangan hangat di dunia Pendidikan. Program yang akan dicanangkan di tahun 2024 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menuai pro dan kontra di masyarakat. Selasa, (06/06/2023).
Menanggapi hal tersebut dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Bayu Arif Prabudi, M.Psi memberikan tanggapannya terkait marketplace guru.
“Jadi kalau kita lihat sebenarnya marketplace guru itu adalah database, database dari guru-guru, yaitu guru yang sudah lulus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) ya dan guru-guru honor tapi sudah lulus seleksi. Nah jadi nanti ini semacam shortcut, sekolah sendiri boleh memilih guru-gurunya tersebut,” ujarnya.
Dilansir dari cnbcindonesia.com, dalam rapat kerja Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentang persiapan pengisian formasi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Rabu 24 Mei lalu, Nadiem menjabarkan marketplace guru atau talent pool untuk guru merupakan suatu database atau daftar semua guru-guru yang boleh mengajar, yang nantinya bisa diakses oleh seluruh sekolah di Indonesia.
“Jadi, bisa merekrut guru kapan saja. Marketplace untuk guru adalah suatu database yang akan didukung oleh teknologi dan semua sekolah bisa akses siapa saja yang bisa jadi guru dan diundang jadi guru di sekolah,” ujar Nadiem.
Selanjutnya, Bayu menjelaskan bahwa guru yang akan direkrut pada marketplace guru harus ada double check.
“Menurut saya Itu harus double check. Maksud double check itu seperti ini, guru yang mau masuk ke data ini juga harus di double check lagi, walaupun mereka mengeklaim bahwa guru-guru ini pasti kompetensinya tepat, double checknya adalah meyakinkan bahwa memang guru yang akan direkrut benar- benar memiliki kompetensi yang sesuai,” jelas Bayu.
Tr : Masyitah Ginting
Editor : Khofifah Aderti Mutiara