Teropongdaily, Medan-Sivitas Akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menanggapi fenomena code mixing atau pencampuran bahasa Indonesia dan Inggris yang kini marak digunakan dalam komunikasi sehari-hari, Minggu (09/11/2025).
Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia UMSU, M. Afiv Toni Suhendra, S.Pd., M.Pd., menilai code mixing sebagai cerminan kemampuan adaptasi terhadap era globalisasi yang memiliki sisi positif sekaligus tantangan tersendiri.
“Anak muda saat ini hidup di era globalisasi dan sangat dekat dengan teknologi serta informasi berbahasa Inggris. Jadi, wajar jika mereka mencampurkan bahasa Inggris secara spontan dalam percakapan. Dari sisi positif, hal ini menunjukkan kemampuan bilingual yang baik serta adaptasi terhadap perkembangan dunia,” jelasnya.
Namun, Afiv mengingatkan agar penggunaan bahasa Inggris tidak dilakukan secara berlebihan hingga mengabaikan kaidah bahasa Indonesia.
“Jika berlebihan, hal itu bisa berdampak pada pudarnya identitas linguistik kita sebagai bangsa. Yang penting adalah menjaga keseimbangan antara keterbukaan terhadap bahasa asing dan kecintaan terhadap bahasa nasional,” ujarnya.
Menurutnya, langkah yang perlu dilakukan bukan dengan melarang, melainkan memberikan edukasi berbahasa yang baik dan benar.
“Edukasi ini bisa dimulai dari lingkungan kampus, media sosial, hingga tokoh publik,” tambahnya.
Sementara itu, Mahasiswa Semester III, Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSU, Raihan Nur Wanda, menilai fenomena code mixing sebagai hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.
“Bagiku sih nggak masalah ada pencampuran gitu, asalkan sama-sama ngerti jadi pesan yang disampaikan pun dapet. Menyesuaikan kondisinya juga sih, kan susah kalau ada campur bahasa gitu ke orang yang cuma menguasai bahasa ibunya,” ujarnya.
Tr: Anggi Nihma & Winanda Salsabillah Lubis





















