Teropongdaily, Medan-Dilansir dari Health Harvard, berikut kebiasaan yang bisa merusak otak :
- Duduk Terlalu Lama
Orang dewasa rata-rata duduk selama 6,5 jam per hari. Studi 2018 di Public Library of Science (PLOS) One menemukan, terlalu banyak duduk berdampak pada perubahan otak, terutama kemampuan untuk menyimpan memori. Menurut para peneliti, penipisan Mouth To Lung (MTL) bisa menjadi awal dari penurunan kognitif dan demensia.
Untuk mengatasinya, Tanzi menyarankan agar seseorang bergerak setelah duduk selama 15-30 menit. Cobalah mengatur alarm di ponsel anda sebagai pengingat kapan anda harus bergerak. Anda bisa memulai dengan gerakan sederhana yang aktif, seperti berjalan, push-up, squat atau lunge di sekitar lingkungan.
- Kurang Berinteraksi
Terbiasa sendiri dan mengalami rasa sepi kerap mengakibatkan timbulnya depresi yang berisiko tinggi terkena Alzheimer.
Sebuah studi Juli 2021 di The Journals of Gerontology : Seri B menemukan, orang yang kurang aktif akan cenderung kehilangan lebih banyak materi abu-abu di otak, yakni lapisan luar yang memproses informasi.
Untuk mencegahnya, temukan dua atau tiga orang yang bisa menemani dan berbagi cerita dengan anda. Lakukan komunikasi sesering mungkin, misalnya dengan membuat grup, berkirim pesan dan bersua. Interaksi dengan seseorang bisa merangsang kesehatan mental.
- Kurang Tidur
Kesulitan tidur juga dapat menyebabkan penurunan fungsi otak. Centers for Disease Control (CDC) menyatakan, sepertiga orang dewasa tidak mendapatkan waktu tidur yang ideal, yakni 7-8 jam per hari.
Mengubah kebiasaan sulit tidur bukan hal yang mudah. Mulailah dengan memberi waktu untuk lebih banyak tidur. Coba pula menyusun jadwal tidur satu jam lebih awal dari biasanya. Anda juga dapat mencoba untuk mengganti kebiasaan menonton TV dan menatap layar ponsel ketika hendak tidur. Gantilah dengan membaca buku yang bisa merangsang rasa kantuk.
- Stres
Stres yang kronis dapat membunuh sel-sel otak dan mengecilkan korteks prefrontal, area yang bertanggung jawab untuk memori dan pembelajaran. Pemicu stres bisa karena pola pikir ekspektasi tinggi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Akibatnya, timbul reaksi negatif yang menyebabkan stres.
Untuk mengatasinya, cobalah bersikap lebih fleksibel pada apa yang terjadi. Saat Anda hendak marah, tarik napas dalam- dalam dan ingatkan diri sendiri bahwa Anda tidal selalu tahu apa yang terbaik.
- Sering Makan Junk Food
Dilansir dari WebMD, terlalu banyak makan junk food atau makanan siap saji juga bisa berpotensi merusak otak. Studi menunjukkan, bagian otak yang berkaitan dengan pembelajaran, ingatan dan kesehatan mental lebih kecil pada orang yang mengonsumsi banyak hamburger, kentang goreng, keripik kentang dan minuman ringan dalam makanannya.
Sebagai upaya pencegahan, cobalah mengganti kebiasaan tersebut dengan menyimpan makanan bernutrisi sebagai camilan. Misalnya, buah beri, biji-bijian, kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau. Makanan tersebut bisa menjaga fungsi otak dan memperlambat penurunan mental.
- Mengenakan Headphone Terlalu Lama
Kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headphone bervolume penuh bisa merusak pendengaran dan menimbulkan masalah otak, seperti Alzheimer dan hilangnya jaringan otak.
Hal ini terjadi karena otak anda harus bekerja sangat keras untuk memahami apa yang dikatakan lingkungan sekitar anda. Disisi lain, otak juga akan kesulitan mengingat apa yang didengar. Untuk mengatasinya, cobalah mematikan headphone yang sudah anda dengarkan selama berjam-jam. Biasakan pula untuk tidak memutar volume lebih dari 60 persen volume maksimal.
- Merokok
Masih dari sumber yang sama, kebiasaan merokok dapat mengecilkan otak anda. Hal itu bisa berakibat pada kemampuan menyimpan ingatan yang lebih buruk. Tak hanya itu, anda juga dua kali lebih mungkin terserang demensia, termasuk Alzheimer dan penyakit kronis lain, seperti jantung, diabetes, stroke, dan tekanan darah tinggi.
Menurut National Health Service (NHS), anda bisa menulis hal-hal yang memicu anda untuk merokok supaya bisa menghindari kebiasaan tersebut. Masukkan rutinitas olahraga untuk menghindari keinginan untuk merokok.
Tr : Annisa Khairiyah
Editor : Khofifah Aderti Mutiara
Sumber : kompas.com